Rabu, 21 Juli 2010

DENPASAR


DENPASAR CITY TOUR

DENPASAR

Denpasar adalah ibukota Propinsi Bali sejak tahun 1960, dahulu adalah ibukota kerajaan Badung yang mengontrol wilayah bagian selatan Pulau Bali dari abad ke-18 sampai ditaklukan oleh Belanda pada tahun 1906. Wilayahnya meliputi wilayah kabupaten Badung,tetapi setelah terbentuk kota madya (sekarang menjadi kota)wilayahnya tinggal setengahnya.Denpasar adalah tempat kantor Gubernur Bali beserta semua kantor-kantor, baik swasta maupun pemerintahan yang penting seperti: telekomonikasi, kantor pos, bank, airline dan rumah sakit.
Kata "Denpasar" berasal dari kata "Den" dan "Pasar" yang artinya "di utara pasar" adalah sebuah kota yang perkembangannya cukup pesat,terutama semenjak boom industri pariwisata sekitar tahun 1960-an. Sebelum didirikan shopping mall, jalan Gajah Mada yang merupakan jalan utama di kota ini merupakan pusat perbelanjaan. Diujung jalan ini, tepatnya di tengah perempatan dibangun sebuah patung Catur Muka yang brmuka empat yang mengawasi empat arah mata angin: utara, selatan, timur dan barat. Patung ini di buat pada tahun 1972. Pembangunan patung ini adalah untuk memperingati puputan Badung yang terjadi pada tanggal 20 september 1906.

Alun-alun yang terletak di sebelah tenggara patung Catur Muka di namakan Lapangan Puputan Badung di mana Raja Badung dan rakyatnya berperang sampai titik darah penghabisan melawan penjajah Belanda.

Di sebelah utara Lapangan Puputan Badung berdiri megah kantor Jaya Sabha yaitu dimana Gubernur Bali menerima tamu-tamu penting untuk "dinner cultural show" atau malam budaya dengan menyajikan tarian-tarian terbaik. ini adalah bagian dari promosi untuk tetap menjaga kesan bahwa pulau Bali merupakan gudangnya para seniman.

Di sebelah timur Lapangan Puputan Badung, dibangun sebuah pura pada tahun 1968, yaitu Pura Jagatnatha. Pura ini adalah pura umum untuk memuja Ida Sang Hyang Whidi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, terutama setiap bulan purnama, umat Hindhu datang ke pura ini untuk melaksanakan persembahyangan bersama.

Di sebelah selatan pura terdapat Museum Bali yang di bangun pada tahun 1931 oleh arsitek Curt Grundler. Arsitekturnya adalah sebuah kombinasi antara pura dan istana kerajaan. Museum ini berisi koleksi benda-benda seni dan artefak dari jaman prasejarah sampai jaman modern.

Tempat lain yang menjadi objek wisata adalah Puri Pemecutan. Di areal Puri ini sekarang terdapat penginapan untuk turis. Puri ini di bangun kembali sesuai dengan aslinya setelah di hancurkan oleh pasukan arteleri Belanda pada tahun 1906. Di Puri ini tersimpan gambelan emas yang terkenal sebagai warisan kerajaan.


MUSEUM BALI.

Museum Bali terletak di Jalan Mayor Wisnu Denpasar. Lokasi yang sangat strategis, mudah dicari, karena didekatnya terdapat bangunan-bangunan dan tempat penting. Di sebelah utaranya terletak Pura Agung Jagatnatha,di depan terdapat lapangan Puputan Badung serta patung empat muka (Catur Muka)

Pembangunan Museum Bali diawali oleh adanya prakarsa betapa amat pentingnya warisan budaya Bali, sekaligus kebudayaan Bali untuk di jaga, diselamatkan kelestariannya. Prakarsa tersebut dilandasi dengan adanya kekhatiran, bahwa ada gejala semacam erosi kebudayaan, sehingga warisan budaya tersebut menjadi punah, hilang, yang tinggal hanya foto dokumentasi saja.

Untuk menyelamatkan warisan budaya Bali maka munculah rencana pendirian sebuah museum yang nantinya menjadi "Museum Bali".

1.Perencanaan awal sebagai pemerakasa pendiri museum Bali adalah pejabat Pemerintah Belanda. Raja-Raja Bali, pemuka masyarakat, para seniman antara lain: WFJ Kroon (asisten Residen Belanda), seorang arsitek Jerman yaitu Curt Grundler. I Gusti Alit Ngurah (Bestuurder Penegara Badung), I Gusti Bagus Jelantik (Raja Karangasem), I Gusti Ketut Jelantik (Raja Buleleng), Raja Tabanan, dan para seniman seperti I Gusti Ketut Kandel, I Gusti Ketut Rai. Perencanaan tersebut terjadi tahun 1910 dengan konsep dasar struktur bangunan Museum Bali yaitu perpaduan struktur bangunan pura (tempat suci) dengan puri (keraton).

2.Setelah disepakati konsep struktur bangunan museum tersebut, maka didirikanlah bangunan induk yang baru bisa diselesaikan tahun 1925. Oleh karena koleksi benda-benda yang bisa dikumpulkan atau di miliki belum dipandang memadai, maka selama kurang lebih 7 tahun (1925-1932) bangunan induk yang telah berdiri difungsikan untuk pameran berkala. Para pakar yang berjasa dalam meneliti benda-benda yang dijadikan koleksi museum Bali, antara lain ; DR.W.F.Stutterheim, G.I.Grader, G.M.Hendrikss, DR.R.Goris dan pelukis Walter Spies.

3.Museum Bali pada mulanya ditangani oleh sebuah yayasan yaitu yayasan Bali Museum dan di buka secara resmi pada tanggal 8 Desember 1932 dengan nama Bali Museum.

4.Pengelolaan selanjutnya oleh Bali Museum diserahkan kepada pemerintah RI tanggal 5 Januari 1966.

Koleksi benda, alat-alat yang disimpan di Museum Bali dapat diklasifikasikan menjadi koleksi benda-benda prasejarah seperti kubur batu (sarkopagus),koleksi benda-benda dari jaman sejarah seperti; stupa tanah liat yang berisi mantra "Ye te", arca-arca perunggu (arca Hinduis, Budhis) dan benda-benda ethnografi seperti; koleksi keris, kain endek, dan peralatan upacara keagamaan (sangku,cecepan dan tempat cecepan)dan topeng Sidakarya.

PASAR BADUNG

Pasar Badung merupakan pusat perekonomian kota dan merupakan pasar yang terbesar di kota Denpasar. Berlokasi di jalan Gajah Mada, yaitu jalan utama yang menjadi pusat pertokoan ibukota provinsi Bali sebelum berkembang seperti sekarang ini. Pasar Badung yang berhadapan dengan pura Desa, yaitu salah satu pura Kahyangan tiga Desa Adat Denpasar, pada awalnya tidak semegah seperti sekarang ini karena telah mengalami perubahan dan perbaikan beberapa kali untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan kota.

Kalau kita melihat ke belakang, perkembangan pasar Badung tidak bisa dilepaskan dengan adanya sebuah pasar yang ada di seberang sungai badung yaitu pasar Kumbasari, karena jaman dahulu masyarakat yang datang berbelanja di pasar Badund merasa tidak lengkap belanjaannya kalau mereka tidak datang berbelanja ke pasar Kumbasari, terutama mereka yang berbelanja bagi kepentingan upacara, sebab antara pasar Badung dan pasar Kumbasari pada jaman sebelum berbentuk seperti sekarang ini mempunyai spesialisai jenis-jenis barang yang dijual. Pasar Badung adalah pasar yang menjual barang-barang kebutuhan konsumsi dan barang-barang sandang yang harganya relatif lebih murah dengan barang-barang sandang yang dijual di pertokoan jalan Gajah Mada, yang kebanyakan di miliki oleh warga keturunan cina.Sedangkan pasar Kumbasari yang dulunya terkenal dengan peken Payuk (pasar Periuk), menjual barang-barang dari gerabah yang tersedia dalam segala ukuran dan bentuk, barang-barang yang dijual misalnya; periuk (payuk), Pengedangan (alat untuk menanak nasi dan yang lainnya), cubek, paso, caratan, jeding, penyantokan, dan lain-lain.

PASAR KERENENG

Pasar Krereneng adalah pasar tradisional kedua setelah pasar Badung, berlokasi diujung timur kota Denpasar, tepatnya diujung selatan jalan Kamboja. Pasar ini disebut pasar Kereneng karena daerah dimana pasar tersebut berada adalah di Kreneng. Di areal ini di samping pasarnya sendiri, di sebelah barat pasar terdapat stasiun bus mini kota yang meladeni penumpang dari sekitar kota sampai ke daerah pantai sanur dan ke stasiun bus Batubulan.

Pasar Kreneng di bangun pada tahun 1983, pada saat Gubernur Bali dijabat oleh Prof.Dr.Ida Bagus Mantra. Pasar ini berlantai 3 (tiga), ditempati oleh 805 pedagang dan 211 pedagang di pelataran dengan berbagai macam barang dagangannya. Para pedagang di dalam pasar sebagian besar adalah orang Bali dan hanya sedikit orang luar Bali.

Luas pasar keseluruhannya adalah 11.508,560 m2. Di luar bangunan pasar di manfaatkan sebagai parkir dan stasiun bus mini seluas 13.700 m2. Tidak seperti pasar Badung di mana setiap tingkat di atur menurut jenis barang dagangannya, di pasar Kreneng ini baik lantai satu, dua maupun lantai tiga, jenis barang dagangan yang di jual hampir sama. Ini mungkin di sesuaikan dengan kondisi pasar, di samping memang pengaturannya tidak begitu ketat. Di halaman depan sebelah kanan dan di halaman sebelah barat yang agak merapat dengan pasar adalah tempat dari berbagai macam pedagang, misalnnya babi guling, soto Madura, nasi raon, masakan cina dan lain sebagainya.