Kamis, 31 Maret 2011

Pura Goa Lawah







 Bhatara Tengahing Segara
Ava divas tarayanti
Sapta suryasya rasmayah.
Apah samudrriya dharaah. (Atharvaveda VII.107.1). Maksudnya:
Sinar tujuh matahari itu menguapkan secara alami air laut ke langit biru. Kemudian dari langit biru itu hujan diturunkan ke bumi.
Tuhan menciptakan alam dengan hukum-hukumnya yang disebut rta. Matahari bersinar menyinari bumi. Air adalah unsur terbesar yang membangun bumi ini.
Demikianlah sinar matahari dengan panasnya menyinari bumi termasuk air laut dengan sangat teratur. Itulah hukum alam ciptaan Tuhan. Air laut yang terkena sinar matahari menguap ke langit biru. Air laut yang kena sinar matahari itu menguap menjadi mendung. Karena hukum alam itu juga mendung menjadi hujan. Air hujan yang jatuh di gunung akan tersimpan dengan baik kalau hutannya lebat. Dari proses ala ciptaan Tuhan inilah ada kesuburan di bumi. Bumi yang subur itulah sumber kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Semuanya itu terjadi karena rta yaitu hukum alam ciptaan Tuhan. Alangkah besarnya karunia Tuhan kepada umat manusia. Itulah hutang manusia kepada Tuhan. Manusia akan sengsara kalau proses alam berdasarkan rta itu diganggu.
Untuk menanamkan sikap hidup tidak merusak proses alam itulah Tuhan dipuja sebagai Dewa Laut. Dalam tradisi Hindu di Bali Tuhan sebagai Dewa Laut itu disebut ''Bhatara Tengahing Segara''. Di Bali Pura Goa Lawah merupakan Pura untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut. Pura Goa Lawah di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan, Klungkung inilah sebagai pusat Pura Segara di Bali untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut.
Dalam Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan Dewa Siwa mengutus Sang Hyang Tri Murti untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma turun menjelma menjadi Naga Ananta Bhoga. Dewa Wisnu menjelma sebagai Naga Basuki. Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki penjelmaan Dewa Wisnu itu kepalanya ke laut menggerakan samudara agar menguap menajdi mendung. Ekornya menjadi gunung dan sisik ekornya menjadi pohon-pohonan yang lebat di hutan. Kepala Naga Basuki itulah yang disimbolkan dengan Pura Goa Lawah dan ekornya menjulang tinggi sebagai Gunung Agung. Pusat ekornya itu di Pura Goa Raja, salah satu pura di kompleks Pura Besakih. Karena itu pada zaman dahulu goa di Pura Goa Raja itu konon tembus sampai ke Pura Goa Lawah. Karena ada gempa tahun 1917, goa itu menjadi tertutup.
Keberadaan Pura Goa Lawah ini dinyatakan dalam beberapa lontar seperti Lontar Usana Bali dan juga Lontar Babad Pasek. Dalam Lontar tersebut dinyatakan Pura Goa Lawah itu dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi dan kembali dipugar untuk diperluas pada abad ke XV Masehi. Dalam Lontar Usana Bali dinyatakan bahwa Mpu Kuturan memiliki karya yang bernama ''Babading Dharma Wawu Anyeneng' yang isinya menyatakan tentang pendirian beberapa Pura di Bali termasuk Pura Goa Lawah dan juga memuat tahun saka 929 atau tahun 107 Masehi. Umat Hindu di Bali umumnya melakukan Upacara Nyegara Gunung sebagai penutup upacara Atma Wedana atau disebut juga Nyekah, Memukur atau Maligia.
Upacara ini berfungsi sebagai pemakluman secara ritual sakral bahwa atman keluarga yang diupacarai itu telah mencapai Dewa Pitara. Upacara Nyegara Gunung itu umumnya di lakukan di Pura Goa Lawah dan Pura Besakih salah satunya ke Pura Goa Raja.
Pura Besakih di lereng Gunung Agung dan Pura Goa Lawah di tepi laut adalah simbol lingga yoni dalam wujud alam. Lingga yoni ini adalah sebagai simbol untuk memuja Tuhan yang salah satu kemahakuasaannya mempertemukan unsur purusa dengan predana. Bertemunya purusa sebagai unsur spirit dengan predana sebagai unsur meteri menyebabkan terjadinya penciptaan. Demikiankah Gunung Agung sebagai simbol purusa dan Goa Lawah sebagai simbol pradana. Hal ini untuk melukiskan proses alam di mana air laut menguap menjadi mendung dan mendung menjadi hujan. Hujan ditampung oleh gunung dengan hutannya yang lebat. Itulah proses alam yang dilukiskan oleh dua alam itu. Proses alam itu terjadi atas hukm Tuhan. Karena itulah di tepi laut di Desa Pesinggahan dirikan Pura Goa Lawah dan di Gunung Agung dirikan Pura Besakih dengan 18 kompleksnya yang utama. Di Pura itulah Tuhan dipuja guna memohon agar proses alam tersebut tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. Karena dengan berjalannya proses itu alam ini tetap akan subur memberi kehidupan pada umat manusia.
Pujawali atau piodalan di Pura Goa Lawah ini untuk memuja Bhatara Tengahing Segara dan Sang Hyang Basuki dilakukan setiap Anggara Kasih Medangsia. Di jeroan Pura, tepatnya di mulut goa terdapat pelinggih Sanggar Agung sebagai pemujaan Sang Hyang Tunggal. Ada Meru Tumpang Tiga sebagai pesimpangan Bhatara Andakasa. Ada Gedong Limasari sebagai Pelinggih Dewi Sri dan Gedong Limascatu sebagai Pelinggih Bhatara Wisnu. Dua pelinggih inilah sebagai pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Basuki dan Bhatara Tengahing Segara.


Pura Taman Ayun


Pura Taman Ayun terletak di Desa Mengwi kecamatan Mengwi Kabupaten Badung, provinsi Bali. Oleh I Gusti Agung Ngurah Made Agung yang bergelar Ida Cokorda Sakti Blambangan, maka di bangunlah pura ini oleh beliau pada tahun 1634 M. Kerajaan ini merupakan salah satu kerajaan kuat yang ada di Bali hingga bertahan sampai tahun 1891. Pura ini dijadikan untuk tempat persembahyangan bagi keluarga raja dan pengikutnya dan Pura Taman Ayun berkiblat pada Gunung Batukaru. Sedangkan pada umumnya pura-pura yang ada berkiblat ke Gunung Agung.

Pura Taman Ayun berasal dari kata "Taman" yang artinya KEBUN, dan "Ayum atau Ayu" yang artinya CANTIK atau MOLEK, yang merupakan kata-kata dari Bahasa Bali. Dengan terdiri dari tiga pelataran atau halaman yang pada umumnya pura yang ada di sekitar Pulau Bali, yaitu JABA SISI= Pelataran yang paling luar, JABA TENGAH= Pelataran yang letaknya ditengah, dan JEROAN= Adalah tempat beristananya Tuhan dan para Dewa-Dewi, yang merupakan tempat bersembahyang bagi umat Hindhu atau "Pemedek". Dengan penataan Taman yang indah terletak di pelataran paling luar dengan beragam tumbuh-tumbuhan bunga dan rerumputan merupakan pelataran yang sangat asri untuk bermain bagi anak-anak para pengunjung dan juga untuk melepas lelah bagi yang akan sembahyang di Pura Taman Ayun.

Komplek bangunan yang religius ini memiliki luas sekitar 4 hektare dengan dikelilingi oleh kolam atau semacam parit, sehingga seolah-olah kalau pura di lihat dari atas keliahatan seperti pura mengapung. Kolam dengan di tumbuhi pohon lotus dengan bunganya yang begitu indah, membawa daya tarik yang lebih bagi para pengunjung.
Terdapat ruang terbuka yang digunakan sebagai tempat kegiatan religius dan sebagai tempat atau panggung kesenian. Komplek pura yang paling utara atau Jeroan, para pengunjung dapat menikmati indahnya Meru-Meru yang berjejer tersusun rapi yaitu Pagoda yang memiliki atap bertingkat-tingkat, bangunan berikutnya adalah bangunan utama bernama Bale Pelik merupakan sebuah gedung. Gedong Bale Pelik dihiasi dengan ukiran-ukiran,relief serta patung Dewa Nawa Sanga yang sangat menarik dan terasa religiusnya. Sedangkan bagian lainnya merupakan bangunan-bangunan yang diperuntukan bagi para Dewa dan Dewi yang disucikan dalam Agama Hindhu. Pura ini sempat di pugar pada tahun 1937 dan setiap harinya di kunjungi 300-600 wisatawan luar dan dalam negeri.

Adapun keistimewaan dari Pura Taman Ayun, diusulkan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjadi situs dunia ( World Heritage ). Dan pada tanggal 12 maret 2008 yang lalu, Dirjen UNESCO Kokhiro Matsuura. Pura ini dianggap memiliki nilai sejarah, religi, dan cita rasa seni yang tinggi.

Walaupun Pura ini merupakan warisan budaya, tetapi pura ini masih di pakai untuk tempat bersembahyang sampai saat ini. Para wisatawan dapat menikmati indahnya pura yang hampir berumur 400 tahun, dengan pepohonan dan bunga-bungan yang indah, wisatawan akan merasa betah dan sangat menikmati indahnya bangunan pura Taman Ayun ini. Diseberang pura terdapat Museum Manusa Yadnya, yaitu museum yang memamerkan siklus kehidupan manusia baik dari dalam kandungan sampai meninggal.

Demikian sekilas tentang Pura Taman Ayun, semoga ada manfaatnya bagi yang membaca. Dan artikel ini juga berasal dari beberapa sumber yang sudah tentu kalau ada yang keliru saya mohon maaf, dan peran serta pembaca juga saya harapkan komentarnya.