Rabu, 08 Desember 2010

Pura Goa Gajah dan Toleransi Umat Beragama





Di Pura Goa Gajah ada tiga tipe bangunan keagamaan yang berbeda-beda. Ada bangunan keagamaan Hindu pada saat berkembangnya Hindu Siwa Pasupati. Dengan bukti-bukti adanya Arca Tiga Lingga yang masing-masing Lingga dikelilingi oleh delapan Lingga kecil-kecil. Ada bangunan keagamaan yang bercorak Siwa Siddhanta dengan adanya pelinggih-pelinggih di sebelah timur agak keselatan dari Goa Gajah. Di samping itu ada bangunan keagamaan Buddha yang bercorak Buddha Mahayana. Apa dan bagaimana konsep dan misi pembangunan Pura Goa Gajah tersebut?
TIGA bentuk bangunan keagamaan di Pura Goa Gajah ini sungguh sangat menarik untuk dijadikan bahan renungan di zaman modern dengan teknologi hidup yang serba canggih. Yang patut dikaji adalah sikap toleransi leluhur orang Bali pada zaman lampau itu. Agama Hindu sekte Siwa Pasupati memang ada perbedaannya dengan agama Hindu Siwa Siddhanta. Tetapi substansi keagamaan Hindu tersebut adalah sama bersumber pada Weda. Hakikat sejarah munculnya agama Buddha pun berasal dari proses pengamalan ajaran suci Weda. Ajaran Hindu Siwa Pasupata menekankan pada arah beragama ke dalam diri sendiri. Arah beragama Hindu itu ada dua yaitu Niwrti Marga dan Prawrti Marga. Niwrti Marga adalah arah beragama dengan memprioritaskan penguatan hati nurani, sedangkan Hindu Siwa Siddhanta lebih menekankan pada Prawrti Marga dengan orientasi beragama ke luar diri. Namun bukan berarti tidak menggunakan cara Niwrti. Hanya perbedaan pada penekanannya saja.

Cara Niwrti ditempuh untuk mencapai keadaan yang Pasupata. Pasu artinya hawa nafsu kebinatangan. Sedangkan kata Pata berasal dari kata Pati artinya Raja atau penguasa. Pasupata atau Pasupati artinya proses pemujaan Tuhan untuk dapat menguasai nafsu yang identik dengan sifat-sifat hewan. Barang siapa yang mampu menguasai nafsu yang identik dengan sifat-sifat hewan itu dialah yang akan dapat mencapai Siwa secara bertahap seperti yang dinyatakan dalam Wrehaspati Tattwa 50. Kalau sudah dapat menguasai diri sendiri maka proses hidup selanjutnya akan lebih lancar dalam menempuh cara Prawrti Marga.

Agama Hindu sekte Siwa Siddhanta seperti yang dianut oleh umat Hindu di Bali pada umumnya memiliki tujuan yang sama dengan Hindu Siwa Pasupata itu. Bedanya hanya penekanannya saja. Kata Siwa Siddhanta berarti sukses mencapai Siwa yang terakhir atau tertinggi. Jadinya dalam satu sekte saja agama Hindu memberikan kebebasan pada umatnya untuk memilihnya. Di Pura Goa Gajah, kedua cara itu dapat hidup berkelanjutan dan umat tidak dipaksa harus ikut ini atau itu.

Umat dipersilakan secara mandiri untuk memilihnya atau memadukan semua cara tersebut. Ini artinya penganut Siwa Siddhanta tidak menganggap penganut Siwa Pasupata sebagai penganut sesat. Mereka menyadari substansi ajaran agama Hindu yang mereka anut sama yaitu berdasarkan Weda. Demikian juga sebaliknya yang menganut Siwa Pasupata tidak menganggap penganut Siwa Siddanta sebagai orang lain. Ini artinya umat Hindu pada zaman dahulu itu benar-benar menghormati privasi beragama sebagai sesuatu yang dijunjung tinggi.

Sikap keagamaan umat Hindu yang dicerminkan oleh umat Hindu di masa lampau di Pura Goa Gajah dan sesungguhnya pada peninggalan Hindu kuno yang lainnya di Indonesia. Tentunya akan sangat janggal kalau pada zaman sekarang ada misalnya umat yang bersifat negatif pada orang lain yang berbeda sistem penekanan beragamanya.

Umat Hindu di masa lampau terutama para pemimpinnya benar-benar sudah memiliki jiwa besar dalam mengelola perbedaan. Karena perbedaan itu merupakan suatu kenyataan yang universal. Artinya, perbedaan itu akan selalu ada sepanjang masa, di mana pun dan kapan pun. Akan menjadi sesuatu yang tidak produktif kalau ada yang memaksakan agar mereka yang berbeda ditekan dengan cara-cara pendekatan kekuasaan. Menyikapi perbedaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan ajaran agama Hindu dan nilai-nilai universal yang dianut oleh dunia dewasa ini.

Demikian juga halnya dengan peninggalan keagamaan Buddha Mahayana di Pura Goa Gajah yang jauh lebih awal berada di Bali. Munculnya Sidharta Gautama sebagai Buddha diawali oleh adanya dua aliran Hindu yaitu Tithiyas dan Carwakas. Aliran Tithiyas dan Carwakas sama-sama meyakini bahwa penderitaan itu karena keterikatan manusia pada kehidupan duniawi yang tidak langgeng ini. Mereka berbeda dalam hal cara mengatasi keterikatan nafsu tersebut.

Carwakas memandang agar nafsu tidak mengikat maka nafsu itu harus dituangkan bagaikan menuangkan air di gelas. Dengan nafsu itu terus dipenuhi sesuai dengan gejolaknya maka nafsu itu akan habis dan lenyap maka manusia pun akan bebas dari ikatan hawa nafsu. Sebaliknya aliran Tithyas berpendapat bahwa nafsu itu harus dimatikan dengan menghentikan fungsi alat-alatnya. Agar mata tidak ingin melihat yang baik-baik dan indah-indah saja maka mata dibuat buta dengan cara melihat mata hari yang sedang terik. Lidah dibuat sampai tidak berfungsi. Ada yang sampai membakar kemaluannya agar nafsu seksnya hilang.

Kedua aliran itu membuat umat menderita. Dalam keadaan seperti itulah muncul Sidharta Gautama yang telah mencapai alam Buddha memberikan pentunjuk praktis beragama. Ajarannya adalah Sila Prajnya dan Samadhi. Sila berbuat baik sesuai dengan suara hati nurani. Suara hati nurani adalah suara Atman. Atman adalah bagian dari Brahman. Teknis berbuat baik itu didasarkan pada Prajnya artinya ilmu pengetahuan. Dalam berbuat baik hendaknya bersikap konsisten dengan konsentrasi yang prima. Itulah Samadhi. Inilah inti wacana Sidharta Gautama dalam menyelamatan umat dari perbedaan yang dipertentangkan itu.

Setelah seratus tahun Sidharta mencapai Nirwana barulah wacana sucinya itu dikumpulkan menjadi tiga keranjang sehingga bernama Tri Pitaka. Jadinya keberadaan agama Buddha di Pura Goa Gajah substansinya tidaklah berbeda apalagi berlawanan dengan ajaran Hindu Siwa Pasupata maupun Siwa Siddhanta. Tiga corak keagamaan yang ada di Pura Goa Gajah itu memang berbeda tetapi perbedaan itu terletak pada cara atau metodenya saja. Substansi ketiga corak keagamaan Hindu dan Buddha yang ada di Pura Goa Gajah itu sama-sama menuntun umat manusia untuk mencapai hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan mencapai alam ketuhanan di dunia niskala.

Keberadaan ciptaan Tuhan ini memang Sama Beda. Namun yang penting adalah bagaimana cara memposisikan persamaan dan perbedaan tersebut. Kalau persamaan dan perbedaan itu dimanajemen dengan baik maka semuanya akan lebih produktif mendambakan hidup rukun dan damai mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera berdasarkan kebenaran dan kesucian.

Umat Hindu khususnya dan umat beragama pada umumnya ada baiknya kita kembali renungkan berbagai warisan keagamaan yang berada di Pura Goa Gajah itu.

Kerukunan dan toleransi untuk saling menghargai eksistensi pihak lain yang berbeda sangat jelas tercermin di Pura Goa Gajah. Ke depan umat Hindu harus lebih berpendidikan kalau dibandingkan dengan umat di masa lampau. Seyogianya umat Hindu dewasa ini lebih mampu menunjukkan kelebihannya dalam mengelola perbedaan. Janganlah justru terbalik justru perbedaan dijadikan ajang untuk saling bermusuhan.

wiana Tri Purusa di Goa Gajah

Siwa Tattwa ngaranya sukha tanpa wali duhka. Sadasiwa Tattwa ngaranya tan pawwit tanpa tungtung. Paramasiwa Tattwa ngaranya niskala tan tan wenang winastwan ikang sukha, salah linaksanan.
(Wrehaspati Tattwa.50).

Maksudnya:
Tujuan Siwa Tattwa mencapai kebahagiaan yang tidak berbalik pada kedukaan. Paramasiwa Tattwa adalah kebahagiaan yang bersifat niskala, tidak dapat dibayangkan dalam wujud nyata dan tidak benar bila diberi ciri-ciri.

Di Pura Goa Gajah terdapat ceruk di mana di dalam salah satu ceruknya di arah timur goa terdapat tiga buah Lingga berjejer dalam satu lapik. Masing-masing Lingga di kelilingi oleh depalan Lingga kecil-kecil. Dalam tradisi Hindu Lingga itu adalah bangunan suci simbol pemujaan pada Dewa Siwa sebagai salah satu manifestasi Tuhan. Tiga Lingga ini mungkin sebagai salah satu peninggalan Hindu dari sekte Siwa Pasupata.

Tiga Lingga itu sebagai simbol sakral sebagai sarana pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Purusa. Tuhan dipuja sebagai Sang Hyang Tri Purusa itu dalam fungsinya sebagai jiwa agung alam semesta. Siwa sebagai jiwa Bhur Loka. Sada Siwa sebagai jiwa agung Bhuwah Loka dan Parama Siwa sebagai jiwa Swah Loka. Tujuan pemujaan Tuhan sebagai Siwa jiwa agung Bhur Loka adalah untuk mencapai suka tanpa wali duhkha. Sebagai Sada Siwa untuk mencapai kebahagiaan yang tiada berpangkal dan tiada berujung. Sebagai Parama Siwa untuk mencapai kebahagiaan yang bersifat niskala yang tidak dapat dibayangkan dalam wujud nyata dan tidak mungkin diberikan ciri-cirinya. Demikian dinyatakan dalam pustaka suci Wrehaspati Tattwa.

Masing-masing Lingga dikelilingi oleh delapan Lingga kecil-kecil itu sebagai simbol delapan dewa di delapan penjuru dari masing-masing bhuwana tersebut. Delapan dewa itu disebut Astadipalaka, artinya delapan kemahakuasaan Tuhan sebagai pelindung seluruh penjuru alam. Memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Tri Purusa bertujuan untuk menguatkan jiwa untuk mencapai kesuksesan hidup di Tri Bhuwana.

Delapan dewa di masing-masing bhuwana itu adalah sebagai dewa manifestasi dari Siwa. Dalam buku Penuntun ke Objek-objek Purbakala oleh Prof. Drs. I Gst. Gde Ardana dinyatakan tiga Lingga di Pura Goa Gajah itu ada yang menduga sebagai simbol pemujaan Tri Murti. Dugaan itu sepertinya kurang nyambung dengan konsep pantheon Hindu.

Pura Goa Gajah itu terletak di Desa Bedaulu Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Pura ini memiliki banyak peninggalan purbakala. Karena itu pura ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun domestik. Pura ini dapat dibagi menjadi tiga bagian. Ada bangunan-bangunan suci Hindu yang amat tua sekitar abad ke-10 Masehi. Ada bangunan suci Hindu berupa pelinggih-pelinggih yang dibangun setelah abad tersebut. Sedangkan yang ketiga ada bangunan peninggalan agama Buddha yang diperkirakan oleh para ahli sudah ada sekitar abad ke-8 Masehi sezaman dengan Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Di ceruk bagian timur goa terdapat tiga Lingga besar berjejer di atas satu lapik, sedangkan di bagian baratnya terdapat arca Ganesa di goa berbentuk T. Jadinya di bagian hulu atau keluwan goa ada tiga Lingga simbol Siwa atau Sang Hyang Tri Purusa. Sedangkan di bagian teben adalah arca Ganesa yaitu putra Siwa dalam sistem pantheon Hindu. Karena adanya arca Ganesa inilah menurut Miguel Covarrubias goa ini bernama Goa Gajah.

Fungsi Dewa Ganesa dalam sistem pemujaan Hindu adalah sebagai Wighna-ghna Dewa dan sebagai Dewa Winayaka. Wighna artinya halangan atau tantangan. Pemujaan Tuhan sebagai Dewa Ganesa adalah pemujaan untuk mendapatkan tuntunan spiritual agar memiliki ketahanan diri dalam menghadapi berbagai halangan atau tantangan hidup. Ganesa dipuja sebagai Dewa Winayaka adalah untuk mendapatkan tuntunan Tuhan dalam mengembangkan hidup yang bijaksana. Kemampuan menghadapi tantangan dan mengembangkan kebijaksanaan ini sebagai langkah awal untuk meraih hidup yang damai dan sejahtera di bumi ini.

Di depan goa terdapat arca Pancuran dalam sebuah kolam permandian sakral yang karena zaman tertimbun tanah. Saat Kriygsman menjabat kepala kantor Prbakala di Bali, maka tahun 1954 permandian itu digali. Di permandian itu terdapat arca Widyadara dan Widyadhari. Arca pancuran ini ada enam buah. Tiga berjejer di bagian utara dan tiga di bagian selatan. Arca bidadari ini diletakkan di atas lapik teratai atau padma. Padma adalah simbol alam semesta stana Hyang Widhi.

Di tengahnya ada arca laki simbol Widyadhara. Enam arca Widyadhari ini mengalirkan air dari pusat arca dan ada yang dari susu arca. Air yang mengalir di kolam itu sebagai simbol kesuburan. Tujuan pemujaan Tuhan dengan simbol Lingga sebagai media untuk memotivasi munculnya kesuburan. Lingga itu dibagi menjadi dua bagian yaitu alasnya disebut Yoni simbol Predana dan yang berdiri tegak di atas yoni itu disebut Lingga. Bagian bawah lingga berbentuk segi empat simbol Brahma Bhaga, di atasnya berbentuk segi delapan simbol Wisnu Bhaga.

Di atas segi delapan berbentuk bulat panjang. Inilah puncaknya sebagai Siwa Bhaga. Dalam upacara pemujaan Lingga ini disiram air atau dengan susu. Air atau susu itu ditampung melalui saluran yoni. Air itulah yang dipercikan ke sawah ladang memohon kesuburan pertanian dan perkebunan.

Arca pancuran itu lambang air mengalir untuk membangun kesuburan pertanian dalam arti luas. Dalam Canakya Nitisastra, air itu dinyatakan salah satu dari tiga Ratna Permata Bumi.

Tumbuh-tumbuhan bahan makanan dan obat-obatan serta kata-kata bijak sebagai dua Ratna Permata lainnya. Bangunan suci Hindu di Pura Goa Gajah di samping ada bangunan peninggalan Hindu pada zaman eksisnya Hindu Siwa Pasupata pada zaman berikutnya ada pura sebagai pemujaan Hindu pada zaman Hindu Siwa Siddhanta telah berkembang. Karena itu di sebelah timur agak ke selatan Goa Gajah itu ada beberapa pelinggih. Ada Pelinggih Limas Catu dan Limas Mujung sebagai Pelinggih Pesimpangan Batara di Gunung Agung dan Gunung Batur.

Ada Pelinggih Gedong sebagai pelinggih leluhur para gusti di Bedaulu. Ada pelinggih Ratu Taman sebagai pemujaan Batara Wisnu sebagai dewanya air. Sebagaimana pura pada umumnya terdapat juga beberapa bangunan pelengkap. Seperti pelinggih Pengaruman sebagai tempat sesaji untuk persembahan saat ada upacara, baik upacara piodalan maupun karena ada hari raya Hindu lainnya.

Peninggalan yang lebih kuno dari peninggalan Hindu di Pura Goa Gajah adalah adanya peninggalan agama Buddha. Di luar goa di sebelah baratnya ada arca Buddhis yaitu Dewi Hariti di Bali disebut arca Men Brayut. Arca ini dilukiskan sebagai seorang wanita yang memangku banyak anak. Dalam mitologi agama Buddha, Hariti ini pada mulanya seorang wanita pemakan daging manusia terutama daging anak-anak. Setelah Hariti ini mempelajari ajaran Sang Budsha, Hariti akhirnya menjadi seorang yang sangat religius dan penyayang anak-anak.

Di sebelah selatan Goa Gajah melalui parit diketemukan arca Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitaba. Buddha dalam sikap Dhyani Buddha Amitaba ini dalam sistem pantheon Buddha Mahayana sebagai Buddha pelindung arah barat alam semesta. Demikian tiga wajud bangunan keagamaan Hindu dan Buddha di Pura Goa Gajah.

Selasa, 07 Desember 2010

Merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan




Hari ini tanggal 08 Desember 2010 merupakan hari yang sangat istimewa bagi umat Hindhu yang merayakan Hari Raya Galungan. Setelah sehari sebelum Hari Raya Galungan, masyarakat Hindhu khususnya di Pulau Bali menyiapkan diri untuk menyambut Hari Raya Galungan dengan mengadakan prosesi "Penampahan Galungan" yaitu di mana seluruh umat Hindhu menyembelih babi.

Pada umumnya persiapan penampahan sudah di persiapkan jauh hari sebelumnya, dengan membuat semacam kelompok patungan daging babi, artinya seberapa berat/ banyak daging babi sebelum di sembelih, dipastikan untuk di timbang terlebih dahulu, tujuannya untuk mempermudah membagi seberapa jumlah uang yang harus di keluarkan oleh masing-masing orang di dalam kelompok tersebut dengan menyesuaikan harga daging saat hari itu.
Setelah masing-masing mendapatkan bagian, maka masing-masing orang membawa bagiannya dan selanjutnya mengolahnya di rumah mereka, dan juga dalam mengolah daging bagian tersebut,untuk membuat persiapan untuk sesajen yang terkait dengan daging babi.Dan selain daging babi, orang-orang juga menyembelih ayam untuk keperluan sesajen dan di kosumsi juga. Ada yang membuat sate, adonan untuk LAWAR (Sayur ala orang Bali), dan adonan lain-lain masih banyak lagi bisa untuk olahan daging babi atau daging ayam tersebut.

Sehari setelah itu, umat Hindhu mempersiapkan diri untuk melakukan persembahyangan bersama dengan keluarga dengan terlebih dahulu mempersiapkan Upakara atau sesajen yang di perlukan saat Hari Raya Galungan. Terutama para ibu-ibu atau wanitanya sangat sibuk mempersiapkan sesajen tersebut hingga selesai. Unik, Menarik dan penuh dengan aura spiritual saat mempersiapkan dan merayakan Hari Raya Galungan kali ini. Pada pagi hari sebelum melakukan prosesi di masing-masing keluarga, semua Umat Hindhu menghaturkan persembahyangan ke Pura Tri Kahyangan yang ada di masing-masing Desa, seperti Pura Desa/ Bale Agung, Pura Puseh, dan Pura Dalem. Dan tidak lupa memohon Tirta (Air Suci) yang kumudian kita gunakan untuk prosesi selanjutnya di masing-masing pura keluarga (Merajan keluarga).

Berkumpul dan bersenda gurau dengan keluarga saat Hari Raya Galungan, kita adakan saat sehari setelah kita merayakan Hari Raya Galungan yang di sebut dengan "Manis Galungan". Waktu seperti ini sangat di nanti-nanti oleh para anggota keluarga, karena apalagi tidak semua anggota keluarga berada di tempat kelahirannya, yang sebagian besar mereka ada di tempat rantau atau di kota, sehingga momen semacam inilah digunakan untuk melepas kerinduan dengan anggota keluarga khususnya untuk orang tua yang masih ada dan sanak saudara yang lainnya.

Setelah sepuluh hari setelah Hari Raya Galungan, di sebut dengan Hari Raya Kuningan. Prosesinya tidak jauh berbeda dengan Hari Raya Galungan, merupakan runtutan dari Hari Raya Galungan ( Untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa(Tuhan Yang Maha Esa) serta Para Leluhur).

Itu sekilas tentang salah satu Hari Raya yang ada di Bali atau umat Hindhu, dan masing ada hari raya yang lain yang bisa di baca artikelnya di lain kesempatan.
Dan mungkin bagi para pembaca yang memiliki masukan lain yang positif tentunya bisa di sampaikan pada kolom komentar!!!

Akhirnya; Selamat merayakan Hari Raya Galungan Dan Kuningan bagi yang merayakan, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa (TYME)senantiasa menganugerahi kebahagiaan bagi kita semua....

Sabtu, 27 November 2010

Gunung Batur


Gunung Batur (8 derajat 14'30"Lintang selatan,115derajat 22'30"Bujur timur),yang terletak di Kintamani, merupakan gunung api yang masih aktif. Kaldera Batur berbentuk elip dengan sumbu panjang 13,8km dan lebar 10km (kaldera I) dan kaldera lainnya terletak didalamnya berbentuk melingkar dengan garis tengah 7,5km (kaldera II).Kaldera I terbentuk 29.300 tahun yang lalu, sedangkan kaldera II terbentuk 20.150 tahun yang lalu.

Sejak tahun 1800 Gunung Batur sudah meletus sekurang-kurangnya 24 kali. Letusan pertama tercatat tahun 1804, terakhir terjadi bulan juli 2000, dan letusan dengan leleran lava terbanyak tahun 1963, dengan 3 titik leleran. Letusan dasyat dari Gunung Batur ini pertama kali tejadi 29.300 tahun yang lalu, yang menyisakan Gunung Abang (2152m)sebagai sisa kerucut Gunung Api Batur Purba. Letusan besar kedua terjadi 20.150 tahun yang lalu, diikuti dengan pembentukan beberapa krucut dan kubah, seperti Gunung Payang dan Gunung Bumbulan.Amblas ke dua kali membentuk kaldera II dimana kerucut kedua gunung ini (Gunung Payang dan Bumbulan) ikut amblas sampai separonya. Amblas II kalinya kaldera I membentuk undak Kintamani di sebelah barat dan barat laut di dalam kaldera. Kegiatan purna kaldera diawali sekitar 5000 tahun lalu, ditandai pertumbuhan kerucut Gunung Batur hingga kini.

Kegiatan pemantauan aktivitas Gunung Batur dilakukan dari pos Pengamatan yang terletak di kawasan hutan Penelokan, Kecamatan Kintamani, Bangli. Pemantauan dilakukan dengan pengamatan visual dan seismic. Seismograf yang dipasang bersistem pancar radio (radio-teleseismograph) dengan sebuah piranti penangkap gempanya (seismometer) diletakan dilereng sebelah tubuh gunung Batur pada ketinggian kurang lebih 1.350m.

Sisa-sisa lahar yang membeku berwarna hitam, Gunung Batur tegak menjulang, serta danau Batur teduh membiru merupakan suatu daya tarik bagi wisatawan. Pemandangan yang sangat menarik dari penampakkan seluruh gunung batur beserta danaunya dapat dilihat dari tempat ketinggian dari Penelokan.

Wisata mendaki Gunung Batur untuk melihat matahari terbit (sunrise) dari puncak gunung dengan ketinggian 1.717m di atas permukaan laut (atau 686m dari permukaan danau Batur) ini merupakan kegiatan yang menarik bagi wisatawan yang suka pada alam serta kegiatan petualangan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan pemandu khusus yang menangani pendakian yang sudah dapat pembinaan secara menyeluruh dari instansi terkait, serta telah mendapat sertifikat khusus pendakian dari Disparda Bali pada tahun 2003.

Warung-warung kecil menjual minuman serta makanan tersedia di sepanjang jalur pendakian bahkan hamper sampai ke puncak gunung. Oleh sebab itu para pendaki tidak perlu membawa makanan atau minuman dalam jumlah yang banyak, karena mereka bisa membelinya di sepanjang jalur pendakian.

Wisatawan yang mendaki bisa langsung datang dari seperti Denpasar, atau menginap di penginapan yang ada di sekitar Penelokan atau Toya Bungkah. Wisatawan yang habis mendaki dapat menikmati hidangan dengan berbagai menu di rumah makan dan restaurant atau membeli makanan dan minuman di warung-warung yang banyak tersebar di sekitar Toya Bungkah.

Sumber-sumber yang menyebutkan tentang Batur adalah Lontar Kesuma Dewa, Lontar Usana Bali, dan Lontar Raja Purana Batur. Isi Lontar Usana Bali tersebut antara lain menyebutkan: adalah ceritera terjadi pada bulan Marga Sari (bulan ke-5) waktu Kresna Paksa(tilem) tersebutlah Betara Pasupati di India sedang memindahkan Puncak Gunung Mahameru di bagi menjadi dua, di pegang dengan tangan kiri dan kanan lalu di bawa ke Bali di gunakan sebagai sthana putra baliau, yaitu Betara Putranjaya (Hyang Maha Dewa) serta Betari Danuh, keduanya itulah sebagai ulunya Pulau Bali.

Untuk mencapai obyek wisata Batur dari Denpasar, wisatawan menempuh jarak 65km, dan dari kota Bangli 23km. setelah sampai disekitar Penelokan, wisatawan lalu turun ke lokasi pendakian yang dapat di tempuh dalam waktu sekitar 20menit.

Obyek wisata Batur dapat di capai dengan kendaraan bermotor. Obyek ini terletak pada jalan yang menghubungi kota Bangli dengan kota Singaraja. Sedangkan dari segi rute obyek, obyek wisata kawasan Batur menghubungkan obyek wisata Tampaksiring dan Besakih.

Selasa, 16 November 2010

Pelaksanaan Hari Raya Nyepi Umat Hindu Di Bali



Hari Raya suci Umat Hindu yang umum dirayakan adalah : Nyepi, Galungan, piodalan, Sarasvati puja, Sivaratri puja dan sebagainya. Diantara pelaksanaan hari raya suci tersebut yang paling menonjol adalah hari raya Nyepi jatuhnya dalam periode waktu satu tahun sekali tepatnya pada tahun baru saka. Pada saat ini matahari menuju garis lintang utara, saat Uttarayana yang disebut juga Devayana yakni waktu yang baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Sehari sebelum perayaan hari raya Nyepi dilengkapi dengan upacara Tawur (Bhuta Yajna) yaitu hari Tilem Chaitra dengan ketentuannya dari lontar Sang Hyang Aji Swamandala yang menyatakan apabila melaksanakan tawur hendaknya jangan mencari hari lain selain Tilem bulan Chaitra.

Rangkaian perayaan hari raya Nyepi dimulai dengan acara Melasti, kemudian sehari sebelum hari raya Nyepi dilangsungkan upacara Bhuta Yajna, dan sebagai hari penutup dilaksanakan Ngembak Agni sehari setelah hari raya Nyepi. Keseluruhan kegiatan ini dipusatkan di Pura Desa Puseh, dihadapan Tuhan Purusa atau Sri Visnu, dan Deva Brahma. Sebagai penyembah dalam kesadaran Krsna atas karunia sang guru kerohanian kita diberi penglihatan rohani dapat melihat pemandangan secara terang betapa agungnya kemulyaan Sri Visnu dengan nama lain Yajnapati, Tuhan penikmat dan tujuan akhir dari segala kurban suci bagi seluruh penghuni alam jagat raya.

Pelaksanaan Hari Raya Nyepi Umat Hindu Di Bali Upacara Melasti

Sebelum pelaksanaan Melasti, semua para deva (arca atau pratima) dari setiap pura dalam wilayah lingkungan kota atau desa diiring berkumpul di Pura Desa Puseh. Para deva satu-persatu berdatangan setelah lebih terdahulu bersujud menghadap Meru, Sri Visnu, kemudian distanakan berdampingan satu sama lain dalam satu bangunan memanjang yang disebut sebagai Balai Panjang atau Balai Agung. Keesokan harinya upacara Melasti dilangsungkan, Tuhan Sri Visnu dan para deva diiringi bersama-sama menuju laut atau ke mata air terdekat yang dianggap suci tergantung daerah masing-masing. Upacara Melasti tidak lain adalah upacara penyucian, prayascita. Dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala disebutkan : “Untuk melenyapkan penderitaan masyarakat dari keterikatan dunia material,” sedangkan lontar Sundarigama menyatakan; “Untuk memperoleh air suci kehidupan di tengah-tengah lautan.” Air suci ini berasal dari muara sungai-sungai suci di India khususnya sungai Gangga.

Dalam Srimad Bhagavatam skanda sembilan disebutkan Raja Bhagiratha melakukan pertapaan agar air Gangga turun ke bumi, kemudian memohon kepada ibu Gangga membebaskan leluhurnya. Ibu Gangga tersembur dari kaki padma Tuhan Sri Visnu, Beliau dapat membebaskan seseorang dari ikatan material. Nampak nyata bahwa siapapun yang secara teratur menyembah Ibu Gangga semata-mata dengan mandi di airnya dapat memelihara kesehatan dengan sangat baik dan perlahan-lahan menjadi penyembah Tuhan. Mandi air Gangga dipermaklumkan dalam semua susastra Veda, dan orang yang mengambil manfaat tentu sepenuhnya dibebaskan dari reaksi dosa.

Seusai acara Melasti, pada suatu daerah desa tertentu sebelum Sri Visnu dan para deva menuju Pura Desa Puseh terlebih dahulu diiring (dituntun) ke pasar mengikuti acara mepasaran di hadapan Pura Melanting dimana berstana Devi Sri, Devi Laksmi, Devi Keberuntungan. Sekembalinya para deva dari acara mepasaran setelah terlebih dahulu menghadap Sri Visnu, akhirnya para deva berstana di Balai Agung. Sementara Sri Visnu berstana di Meru dan Deva Brahma berstana pada bangunan Gedong di sebelah Meru. Acara berstana ini disebut Nyejer dan berlangsung sampai selesai acara Bhuta Yajna, sehari menjelang hari raya Nyepi, pada sore hari.

Selama beberapa hari seluruh warga dan adat setempat melakukan puja, mempersembahkan sesajen atau persembahan yang disebut prani. Pada saat ini pula umat memohon tirta Amrta air suci kehidupan untuk kesejahteraan dirinya, semua makhluk, dan alam semesta. Melalui acara Nyejer terkandung pula permohonan umat kepada Sri Visnu dan para deva untuk menyaksikan upacara Bhuta Yajna yang dilakukan oleh umatnya.

Upacara Bhuta Yajna

Sehari sebelum hari raya Nyepi adalah hari terakhir dari serangkaian upacara di Pura Desa Puseh tersebut, tepatnya pada hari Tilem Chaitra (Kesanga) dilangsungkan upacara Bhuta Yajna yang dikenal dengan Pengerupukan yang bertujuan untuk membina hubungan yang harmonis antara manusia dengan Sri Visnu, manusia dengan sesama makhluk ciptaan-Nya serta manusia dengan alam lingkungan tempatnya hidup.

Dalam Bhagawadgita 4.8 Sri Krsna bersabda : Paritranaya sadhunam vinasaya ca duksrtam dharma-samsthapanarthaya sambhavami yuge yuge.

Pelaksanaan Hari Raya Nyepi Umat Hindu Di Bali Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma. Aku sendiri muncul pada setiap zaman.

Tentang Bhuta Yajna ini di dalam Agastya Parwa dinyatakan Bhuta Yajna adalah Tawur untuk kesejahteraan makhluk. Dalam hubungannya dengan hari raya Nyepi, wujud upacara Bhuta Yajna lebih dikenal Tawur Kesanga yang dilihat dari tingkat penyelenggaraannya dari tingkat yang paling besar : seratus tahun sekali disebut Ekadasa Rudra, setiap sepuluh tahun disebut Panca Wali Krama dan setiap tahun sekali disebut Tawur Kesanga.

Upacara Hari Raya Nyepi

Menurut keputusan Seminar Kesatuan Tapsir terhadap Aspek-spek Agama Hindu tentang Hari Raya Nyepi (1988) bahwa Pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Indonesia, pada hakekatnya merupakan penyucian bhuwana agung dan bhuwana alit (makro dan mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir bathin (jagadhita dan moksa) terbinanya kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), sivam (kesucian), dan sundaram (keharmonisan/keindahan).

Sesuai dengan hakekat Hari Raya Nyepi di atas maka umat Hindu wajib melakukan tapa, yoga, dan semadi. Brata tersebut didukung dengan Catur Brata Nyepi sebagai berikut : (1). Amati Agni, tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu, (2). Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani, (3). Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian melainkan mawas diri, (4). Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” yaitu fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya (24) jam.

Upacara Ngembak Agni

Hari Ngembak Agni jatuh setelah Hari Raya Nyepi sebagai hari berakhirnya brata Nyepi. Hari ini dapat dipergunakan melaksanakan dharma shanti baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat.

Dharma shanti dalam lingkungan keluarga dapat dilakukan berupa kunjung mengunjungi dalam kelurga dalam usaha menyampaikan ucapan selamat tahun baru terbinanya kerukunan dan perdamaian. Sedangkan dharma santi di lingkungan masyarakat hendaknya dilakukan dengan dharma wecana, dharma gita (lagu-lagu keagamaan/kidung kekawin pembacaan sloka), dharma tula (diskusi), persembahyangan, pentas seni yang bernafaskan keagamaan serta memberikan “punia” atau berdarma sosial kepada yang patut menerimanya.

Minggu, 31 Oktober 2010

Trunyan Tour





Desa Trunyan



Desa Trunyan merupakan sebuah desa kuno di tepi danau Batur, Kintamani kabupaten Bangli. Desa ini merupakan sebuah desa Bali Aga, Bali Mula dengan kehidupan masyarakat dan kebudayaan yang unik dan menarik. Bali Aga berarti orang Bali pegunungan, sedangkan Bali Mula berarti orang Bali asli. Kebudayaan orang Trunyan mencerminkan satu kebudayaan petani yang konservatif.

Berdasarkan folk etimologi, penduduk Trunyan mempersepsikan diri dan jati diri mereka dalam dua versi. Versi pertama : orang Trunyan adalah orang Bali turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka turun dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai satu mite atau dongeng suci mengenai asal usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit. Versi kedua: orang Trunyan hidup dalam sistim ekologi dengan adanya pohon Taru Menyan, yaitu pohon yang memancarkan bau-bauan wangi. Dari perpaduan "taru" dan "menyan" berkembang menjadi kata Trunyan yang di pakai nama desa dan nama penduduk desa tersebut.

Menurut Dananjaya yang dikutip pada tahun 1980, dia memandang ada 11 cerita prosa rakyat (satu mite dan 10 legenda), dan sebuah anggapan rakyat yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan sejarah Desa Trunyan. Salah satu legenda itu di sajikan dalam tulisan ini, yaitu legenda mengenai Pasek Terunyan yang menyelewengkan gambelan pemberian Dalem Solo.

Konon Dalem Solo mempunyai seorang putra yang sedang memerintah di Tirta Empul, Tampaksiring. Pada suatu ketika putera tersebut pergi ke Majapahit untuk meminta di buatkan seperangkat gambelan.

Desa Trunyan terletak di sebelah timur bibir danau Batur, letak ini sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani, hanya sampai di desa Kedisan. Dari Kedisan ke desa Trunyan orang harus menyeberang danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung. Selain jalan air, Trunyan juga dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui desa Buahan dan Abang.

Hawa udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius. Danau Batur dengan ukuran panjang 9 km dan lebar 5 km merupakan salah satu sumber air dan sumber kehidupan agraris masyarakat Bali selatan dan timur.
Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:

1. Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.

2. Dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.

apa komentar anda?

Jumat, 29 Oktober 2010

Air Panas Banjar


Air panas Banjar adalah suatu air panas alam yang dianggap dapat menyembuhkan penyakit. Airnya ditampung pada suatu kolam renang mungil dikelilingi oleh alam pedesaan yang unik, letaknya dekat di sebuah Wihara.

Air panas Banjar terletak di desa Banjar, kecamatan Banjar, kabupaten Buleleng. Jarak tempuhnya 1,5 Km dari pertigaan Banjar atau 24 Km dari kota Singaraja. Untuk mencapai lokasi air panas Banjar dapat di gunakan kendaraan bermotor karena jalannya beraspal. Penginapan atau akomodasi yang paling dekat adalah hotel dan restoran yang paling banyak terdapat di kawasan Lovina. Kendaraan umum banyak karena melalui jalan raya yang menghubungkan kota Singaraja dengan kota-kota kecamatan di bagian barat.

Sumber mata air panas ini di perkirakan berumur ratusan tahun, dan sejak pendudukan Jepang sumber air panas ini telah di benahi dan di manfaatkan. Pemerintah Jepang membangun tiga buah kolam penampungan air untuk berendam, sebab berendam dalam air panas yang mengandung belerang akan bisa menyembukan penyakit kulit. Oleh Jepang di bangun juga tempat peristirahatan perwira militernya. Permandian yang di bangun pemerintah Jepang ini kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Disamping untuk berendam, wisatawan dapat berenang dalam kolam air panas, serta jatuhnya air pancuran di tubuhnya yang seoalah-olah sedang memijat tubuh kita, terutama kolam yang dilengkapi dengan pancuran setinggi 3,5 meter, sehingga dapat mengakibatkan kondisi badan menjadi lebih segar.

Air panas Banjar kemudian semakin dikenal untuk dikunjungi wisatawan Nusantara dan Mancanegara. Untuk mengelola obyek wisatawan ala mini maka dibentuklah sebuah yayasan yaitu “yayasan yeh panes nirmala” pada tanggal 12 juni 1984

Minggu, 24 Oktober 2010

Perjalanan Wisata Keluarga Mbak Henny-Jambi












Selamat datang di Pulau Dewata-Bali, kepada keluarga mbak Henny yang tiba pada tanggal 23 oktober 2010 kira-kira pukul 22.20 waktu bali, dengan pesawat Batavia yang langsung menuju hotel sekitar Kuta yaitu Palm Beach Hotel. Hotel yang letaknya cukup strategis yang sangat dekat sekali denagn airport dan dan juga sangat dekat dengan pantai.

Hari kedua rombongan selepas makan pagi di hotel, langsung menuju tempat tarian Barong yang ada di daerah Suwung kauh, selam satu jam, kemudian melanjutkan perjalanan menuju pantai Tanjung Benoa untuk rekreasi air. lalu rombongan menuju ke obyek wisata berikutnya yaitu GWK (Garuda Wisnu Kencana) serta sekaligus makan siang, dan perjalanan dilanjukan ke tempat perbelanjaan oleh-oleh bali Kampung Nusantara dan setelah itu jam sudah menunjukan pukul 4 sore, rombongan menuju ke Pura Tanah Lot untuk menyaksikan sunset di sini, kira-kira pukul 6 sore rombongan menuju arah kuta dan makan malam di salah satu rumah makan di daerah kerobokan. sekalanjutnya kembali ke hotel.

Hari ke tiga, rombongan berangkat dari hotel sekitar pukul 08.30 dengan mengambil program Kintamani tour, adapun saat itu rombongan ini memulai dengan melihat keindahan alam melalui bermacam-macam burung dan juga reptil yang ada di Bali Bird Park, singapadu-Batubulan, kecamatan Gianyar.
Dan rombongan juga menyaksikan kelucuan dari prilaku para kera yang ada di Mongkey Forest Ubud setelah itu menuju tempat makan siang di Ibu Oka, dan selanjutnya kami langsung menuju ke Kintamani untuk menyaksikan salah satu keindahan alam Gunung Batur dan danau Batur yang ada di Penelokan, kabupaten Bangli.

Karena pulau Bali tidak terlepas dengan keberadaan pura-pura yang ada bertebaran di banyak tempat, rombongan juga sempat melihat obyek pura Tirta Empul dan Pura Goa Gajah.
Setelah itu rombongan menuju ke salah satu restoran yang ada di Ubud yaitu Bebek Tepi Sawah restorant, dan perjalanan tourpun selesai dan sekitar pukul 19.00 rombongan kembali ke hotel.

Dan keesokan harinya, rombongan menuju ke bandara, untuk kembali ke Jambi mengambil pesawat pagi. Demikian sekilas perjalanan keluarga Mbak Henny dan keluarga.

Terima Kasih,

Untuk Mbak Henny dan Keluarga, saya Wayan mengucapkan banyak terima kasih karena sudah mengunjungi Pulau Bali dan sudah mempercayakan saya selaku pemandu anda selama di Bali. Walaupun perjalanannya singkat namun maknanya yang terpenting. Dan harapan saya mudah-mudahan di waktu-waktu yang akan datang bisa ada kesempatan berjumpa kembali, dan saya selaku pemandu anda tak lupa memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam pelayanan saya kepada Mbak Henny sekeluarga.

Apakah mungkin ada kritik dan saran anda? silahkan di kolom komentar!!!

Sabtu, 23 Oktober 2010

Jati Luwih



Jati Luwih kalau di artikan kata-katanya berasal dari kata "Jati" dan "Luwih". Jati atau "Sujati" yang artinya bisa dikatakan "benar-benar" Luwih artinya "bagus/cantik", jadi Jati Luwih bisa di artikan "benar-benar bagus/cantik". Nama Jati Luwih yang di sandang oleh daerah tersebut memang bisa di katakan tepat. Karena pemandangan alam sawahnya yang begitu indah dan memukau para wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

Alam persawahan yang ada di Jati Luwih dapat di katakan tiada duanya di jagat raya ini, karena posisi sawah yang berundag-undag, seolah-olah kita seperti melihat anak tangga di saat kita menaiki bangunan tinggi atau pura besar dan pura yang posisinya di puncak gunung seperti gunung Lempuyang.

Persawahan yang ada di Jati Luwih dikelilingi oleh pegunungan dan menambah elok lagi pemandangan yang ada di sana. Lokasi persawahan jati Luwih, terletak pada ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut, cukup lumayan sejuk dengan kondisi seperti itu.
Dengan sarana infrastruktur jalan yang sudah beraspal, jauh lebih bagus di bandingkan tahun-tahun sebelumnya seperti sekitar tahun 1990 an kondisi jalan menuju obyek wisata Jati Luwih di kategorikan rusak parah, kondisinya berkrikil yang sangat tajam, kendaraan yang melintas untuk mengantar wisatawan saat itu harus berhati-hati demi untuk menjaga keselamatan semua.

disamping jalan sudah sangat memadai, juga di dukung oleh adanya rumah makan, juga warung-warung kopi dan minuman dingin sangat mendukung sekali saat kehadiran wisatawan sambil menikmati hidangan atau minuman dengan di manjakan oleh pemandangan sawah yang sangat menakjubkan. yang sudah barang tentu akan mengurangi bahkan menghilangkan stress yang selama ini membelenggu pikiran para pengunjung.

Jaraknya kalau kita tempuh dari kota Denpasar sebagai ibukota pulau Bali sekitar 49 Km, dari kota Tabanan kurang lebih 26 Km. Dan biasanya untuk melihat obyek wisata Jati luwih, bisa di kombinasikan dengan obyek wisata yang lainnya seperti Pura Taman Ayun, obyek wisata Bedugul (danaunya yang indah), Agrotourism, Taman Kupu-kupu serta obyek wisata Tanah Lot yang terkenal dengan pemandangan sunset dan lautnya yang begitu menakjubkan.

Apakah anda merasa penasaran? hubungi 087861180017,081337485888,yanlandung@yahoo.com

Selasa, 12 Oktober 2010

LOVINA



Kawasan wisata Lovina merupakan kawasan wisata pantai dengan daya tarik utamanya pantai dan air laut yang tenang, pasir berwarna kehitam-hitaman, karang laut dengan ikan-ikannya. karena sifat lautnya yang tenang, Lovina sangat cocok untuk rekreasi air seperti menyelam, snorkling, berenang, memancing, berlayar, mendayung atau sekedar berendam di air laut. Disamping daya tarik di atas, ada juga ikan lumba-lumba (dolphin) dalam habitat aslinya. Ikan lumba-lumba ini dalam jumlah ratusan dapat dilihat di pagi hari kurang lebih 1 Km lepas pantai. Ikan lumba-lumba yang menyelam, melompat di atas permukaan air dengan pemandangan untaian gunung di sebelah selatannya, langit memerah menandakan akan terbitnya matahari, merupakan daya tarik yang sangat memikat. Tidak kalah menariknya adalah jika wisatawan sempat menyaksikan matahari terbenam di sini.

Kawasan Lovina juga di tunjang oleh banyaknya daya tarik wisata di sekitarnya yang mudah di capai dari lokasi ini. Daya tarik wisata di sekitar Lovina antara lain; Air panas Banjar, Wihara Budha, Air Terjun Gitgit dan beberapa desa yang ada di sekitar lokasi.

Secara resmi kawasan ini disebut kawasan Kalibukbuk, namun lebih dikenal dengan kawasan wisata Lovina. Kawasan ini terdiri dari 2 kecamatan, yaitu desa Pemaron dan desa Tukad Mungga, desa anturan dan desa Kalibukbuk masuk dalam kecamatan buleleng, sedangkan desa Kaliasem dan desa Temukus masuk dalam kecamatan Banjar- kedua-duanya masuk dalam kabupaten Buleleng.

Desa yang terletak paling timur yaitu desa Pemaron,5 Km barat Singaraja, dan desa yang paling barat Singaraja, dan desa yang paling barat yaitu desa Temukus 12 Km barat Singaraja. Pusat kegiatan kawasan Lovina terletak 10 Km dari kota Singaraja.

Kawasan Lovina sementara ini menjadi pusat tersedianya fasilitas kepariwisataan di kabupaten Buleleng yaitu berupa akomodasi baik berupa hotel bintang, hotel Melati, pondok wisata maupun home stay, rumah makan, toko cendramata, transportasi dan fasilitas penunjang lainnya.

Sebagai kawasan wisata dan pusat pariwisata di Buleleng, Lovina mendapat kunjungan yang terbesar dari wisatawan yang berkunjung ke kabupaten ini. Diperkirakan 9% wisatawan yang berkunjung ke Buleleng menginap di Lovina.

Tidak ada bukti-bukti atau sumber yang jelas mengenai asal-usul nama Lovina. Berdasarkan keterangan putra-putra almarhum Anak Agung Panji Tisna, keturunan Raja Buleleng dan sastrawan yang terkenal, nama Lovina diberikan oleh almarhum atas suatu tempat milik almarhum yang terletak di desa Kaliasem, dimana untuk pertama kali beliau membangun bungalow sebagai tempat peristirahatan. Konon nama Lovina diambil dari nama hotel kecil di India yaitu "Lafeina" dimana beliau menginap dan menulis buku dengan judul Ni Ketut Widhi, yang kemudian buku ini di terjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Untuk mengenang nama hotel tersebut maka tanah milik beliau diberi nama Lovina. Tetapi ada juga versi lain, nama Lovina di beri karena ada pohon santen yang di tanam oleh putra beliau yang kemudia tumbuh saling berpelukan. Dalam hal ini Lovina yang berasal dari bahasa latin artinya saling mengasihi atau menyanyangi. Nama Lovina kemudian oleh Bupati Buleleng , Drs I ketut Ginantra, selama masa jabatannya dari tahun 1988 sampai 1993, di artikan sebagai singkatan dari "Love" dan "Ina" yang di artikan sebagai "Cinta Indonesia"

AIR TERJUN GITGIT


Air terjun Gitgit merupakan objek wisata yang sangat indah. Air terjun ini terletak di bebukitan dengan ketinggian kurang lebih 35 meter dan di penuhi dengan aneka ragam vegetasi menguak dan mengalirlah air terjun secara alami dengan debit konstan sepanjang tahun. Gemuruh air terjun disekitar keheningan alam yang mempesona merupakan atraksi tersendiri dan dapat di nikmati oleh setiap pengunjung. Kekaguman dari keadaan alam yang seperti ini, membuat imajinasi dan perspektif batin kita menyatu dengan kebesaran alam. Di sekitar air terjun terdapat beberapa perkebunan dan hutan lindung. Pada daerah ini juga sering di jumpai kera liar.

Objek wisata semacam ini menjadi unik dan penuh dengan daya tarik karena alamnya yang mempesona, yang di bentuk oleh hijau segarnya tanaman, gemuruh terjunnya air, beningnya air disela-sela bebatuan yang bertebaran, serta sesekali diselingi kicauan burung, sehingga sangat ideal untuk mandi, berendam di daerah terbuka alami. Pandangan lepas ke daerah aliran sungai, menggambarkan koridor yang alami yang di bentuk dari ragam tanaman, hamparan bebatuan, sehingga menciptakan citra alur tersendiri dari keberadaannya.

Lokasi air terjun Gitgit terletak di desa Gitgit, kecamatan Sukasada, pada jarak sekitar 10 Km dari kota Singaraja atau sekitar 70 Km dari kota Denpasar, pada ketinggian sekitar 300 meter dari atas permukaan laut.

Objek wisata ini merupakan satu daerah pencapaian dengan monumen perjuangan Wira Bhuana Pangkung Bangka. Monumen ini berwujud tugu dan patung aksi perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda. Monumen ini terletak di desa Gitgit, kecamatan Sukasada, pada jarak kurang lebih 17 Km dari kota Singaraja, lokasinya diapit oleh tebing dan jurang yang terjal. Jurangnya yang terjal disebut "Pangkung Bangka".
Daerahnya berada pada ketinggian kurang lebih 600 meter. Di kanan kirinya terdapat kebun kopi serta cengkeh yang subur.

Fasilitas di objek wisata Gitgit ini terdiri dari parkir, restoran, dan kios souvenir. Dan tidak jauh dari tempat air terjun merupakan tempat istirahat sambil menikmati keindahan panorama perkebunan,teras siring persawahan, dan pantai Buleleng.

Kunjungan ke objek wisata ini di lakukan sepanjang hari dari pagi sampai sore, baik bagi masyarakat setempat, wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Dari jalan raya menuju objek air terjun, para pengunjung akan di ajak berjalan kaki pada jalan setapak sepanjang 700 meter yang dapat di tempuh selama kurang lebih 10-15 menit. Jalan setapak berada diantara persawahan, perkebunan dan daerah aliran sungai penuh dengan panorama yang terbentuk secara alami,selaras,dan indah.

Air terjun Gitgit sudah dikenal sejak jaman Belanda. Orang Belanda sendiri banyak mempergunakan tempat ini sebagai objek rekreasi. Setelah perang kemerdekaan, sekitar tahun 1975, objek ini di hidupkan sebagai objek wisata.

Sebagaimana di ketahui, alam pulau Bali terbelah oleh gunung dan pegunungan di tengah-tengah pulau ini. Pada daerah ketinggian posisi pertama menuju daerah Singaraja diawali oleh desa Gitgit. Jadi bisa dikatakan bahwa, objek wisata Gitgit merupakan pintu gerbang objek wisata di kabupaten Buleleng. Secara kebetulan bahwa hampir 80% objek wisata di kabupaten Buleleng adalah wisata tirta/air seperti; Air terjun Gitgit, air panas Banyu Wedang, air panas Banjar, dan Air Sanih.

Memasuki objek wisata Gitgit, dari ketinggian di sekitar batas jalan pintu masuk menuju ke lembah sungai dan akhirnya turis dapat menikmati air terjun di sela pegunungan. Keadaan semacam ini dapat di kategorikan sebagai "Natural Sunken Garden".

Sesuatu yang alami,asri,orisinil,adalah suatu rekreasi yang alami, akan memulihkan kenangan komplit yang terjadi dan menciptakan kembali kesegaran-kesegaran baru untuk dapat dipindahkan dalam melaksanakan kehidupan dan perikehidupan selanjutnya. Dengan demikian, filsafat ketimuran yang selalu ingin menyesuaikan diri dengan alam akan dapat dinikmati pada objek wisata ini.

Untuk informasi tour segera hubungi I wayan Suyadnya Yasa (Yasa) di +62 (0) 81.337.485.888, +62 (0) 87.8611.800.17, e-mail: yanlandung@yahoo.com, gmail: wyansa@gmail.com, FB: wayan suyadnya yasa

Minggu, 10 Oktober 2010

UCAPAN TERIMA KASIH





Terima kasi saya kepada Bapak Tony Lie dan Mbak Dessy yang sudah berkunjung ke Pulau Bali dan lagi...lagi memberikan kepercayaan kepada saya untuk menghandle/ melayani bapak Tony serta Mbak Dessy selama ada di pulau Bali.

Juga untuk Mbak Dessy yang sudah sekian kali ke Pulau Bali, dan kesempatan yang sangat baik juga karena saya baru pertama kali mengantar Mbak Dessy jalan-jalan di pulau Bali. Semoga perjalanan kali ini ada maknanya yang pasti.

Perjalanan kami dari hotel, kira-kira pukul 08.00 dan langsung menuju warung Satria, sebenarnya Pak Tony pingin merasakan nikmatnya masakan warung Liku dan juga bliau ingin mmperkenalkan masakan Ayam betutu kepada mbak Dessy namun tidak kesampean gara-gara warung Likunya tutup, saat itu memang di Bali sedang merayakan salah satu hari raya Tumpek Landep (hari dimana umat Hindhu menghaturkan sujud dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa)karena telah menciptakan alat-alat yang bahannya dari besi, seperti; ada keris, tombak,mobil dan lain-lain yang menyangkut bahannya besi dan alat tersebut membantu manusia untuk menjalankan kehidupannya di alam semesta ini.

Dan kami juga mampir di satu tempat yang tidak kalah menariknya, yaitu Galuh artshop, yang menjual barang-barang souvenir dengan berbagai koleksinya dan batik salah satunya.

Dan kami juga mampir ke kawasan wisata seni Celuk, yang di kenal dengan pengerajin emas dan peraknya.Setelah itu saya dan Pak Tony menikmati hidangan sate babi yang ada di desa Mengwi, menuju arah ke Bedugul wah luar biasa aroma dan rasa dari hidangan tersebut dengan kombinasi ada lontong,2 jenis sambal dan supnya dan di tambah es kelapa muda. Dan setelah itu langsung menuju Temen Joger yang ada di desa Luwus, dengan seni pabrik kata-kata. wah...belanja banyak nich!

Tidak lupa juga kita bersantai ria dan sambil ambil beberapa foto di Jati Luwih, obyek persawahan yang sangat luar biasa indahnya dengan bentuk teras siring sawahnya dan tanaman padi yang hijau saat itu, menambah suasana sejuk di mata. Walaupun sempat ada sengatan sinar matahari dan juga dari panas aspal tapi segera berakhir dengan turunnya hujan gerimis dan kami langsung melanjutkan perjalan ke satu tempat makan yang ada di Padang Galak Sanur dengan menu bebek goreng (mbak Dessy gimana komentarnya?)

Dan Dreamland adalah tujuan kami selanjutnya, dengan hamparan pasir putih dan deruan ombak yang sangat mendukung sekali para surfer untuk melakukan atraksi melompat-lompat dengan surfing boardnya mereka. Dan pak Tony juga berenang lho! tapi mbak Dessy tidak ada persiapan sepertinya.

Lantas kami menuju ke arah kuta untuk membeli beberapa oleh-oleh makanan,kacang-kacangan dan selanjutnya ke warung Bu Tinuk, dan balik ke hotel.

Itu perjalanan sehari penuh bapak tony dan Mbak Dessy yang pasti tetap ada kesan, gimana pak Tony dan Mbak Dessy komentarnya?

Sabtu, 09 Oktober 2010

GALUH BATIK


Galuh artshop batik merupakan satu-satunya artshop/ toko seni yang menjual barang souvenir atau oleh-oleh yang bisa tergolong paling pertama yang melayani para wisatawan khususnya domestik yang datang ke pulau Bali.

letaknya yang sangat strategis, di jalan raya Batubulan yang kurang lebih 1Km dari perbatasan Kota Madya Denpasar dengan Kabupaten Gianyar. karena letaknya yang sangat strategis maka para pengunjung yang datang ke Galuh Batik baik yang di antar oleh pemandunya beserta sopir ataupun yang datang sendiri masih bisa dikatakan sangat mudah untuk menemukannya.

Karena artshop ini tergolong dikenal oleh masyarakat luas dan juga para wisatawan khususnya domestik yang sudah pernah datang ke pulau Bali dan berbelanja ke Galuh Batik artshop akan merasakan ciri khas dari bangunan yang berdiri kokoh dengan menngambil ciri arsitektur Bali. Dengan memiliki sarana tempat parkir yang sangat luas, dann di dukung oleh pengaturan pengaman petuga scurity, sudah barang tentu pemgaturan parkir akan lebih aman dan nyaman.

Bagi siapa saja para wisatawan yang berkunjung ke Galuh Batik artshop, tidak akan kecewa dengan pelayanan para pegawai yang ramah dan santun yang akan membuat anda nyaman dan merasa.
-------------------------------------------------------------------------------------
Rahasia Tersembunyi Metode Mencari Uang
di Internet Akhirnya Diungkap...



Jika Anda Bisa Mengetik dan Mengakses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang Melimpah dari Internet... Hanya Jika Anda Tahu Caranya!

Ingin tahu caranya? klik disini!!!

Jumat, 08 Oktober 2010

SINGARAJA TOUR



Danau Buyan dan Danau Tamblingan

Dua buah danau yang seakan-akan merupakan danau kembar yaitu Danau Buyan dan Danau Tamblingan memiliki daya tarik yang cukup mempesona. Keaslian alam di kedua danau ini masih sangat di rasakan, misalnya dengan tidak penggunaan perahu bermotor di sini. Penampakan danau yang indah yang bisa di lihat dari atas menambah daya tarik danau ini. masyarakat setempat menggunakan perahu-perahu kecil yang di sebut "pedahu" untuk memancing. Dengan udara yang sejuk, dikelilingi pegunungan yang serba hijau, pohon-pohon yang berusia relatif tua, serta udara yang sejuk dan segar memberikan suasana yang tenang dan nyaman bagi para pengunjung.

Danau ini sangat ideal untuk olah raga rekreasi air seperti mendayung dan memancing. Bagi mereka yang menyukai alam serta rekreasi di alam, kedua danau ini adalah tempatnya. Wisatawan dapat melakukan trekking di sekitar danau, melakukan bird watching, atau berkemah di sini.

Adanya kera-kera yang tidak jauh dari kedua danau ini yaitu di jalan raya sebelah danau Buyan jurusan Denpasar-Singaraja, yang semakin hari semakin banyak jumlahnya, menambah daya tarik kawasan ini sebagai obyek pariwisata.

Danau Buyan dan Danau Tamblingan berlokasi di kecamatan Sukasada, 21 Km sebelah selatan kota Singaraja. Letaknya yang cukup tinggi yaitu kurang lebih 1000 meter diatas permukaan laut sehingga udaranya agak sejuk dan dingin pada malam hari. Danau Tamblingan dapat dicapai pertigaan ke arah desa Munduk, Desa Gobleg dan tembus di kawasan Lovina. Di sepanjang jalan ini wisatawan dapat menikmati suatu pemandangan danau Tamblingan secara utuh dari arah atas. Dari desa Munduk dapat dicapai danau ini melalui jalan swadaya masyarakat.

Lokasi objek danau Buyan dan Tamblingan terletak di kawasan yang sangat strategis yakni diapit oleh tiga objek wisata yang terkenal, yaitu Bedugul dengan pura Ulun Danunya, Air terjun Gitgit dan pantai Lovina. Sebagai latar belakang objek ini adalah Gunung Lesong dengan ketinggian 1860 m, memagari kejernihan air danau, sekaligus menciptakan keheningan dan kedamaian dalam lingkungan nuansa yang alami.

Danau Buyan luasnya 3,9 Km2, sedangan Danau Tamblingan 1,9 Km2. Kedalaman maksimal danau Buyan adalah 87 m dengan volume air 0,116 Km3, sedangkan danau Tamblingan yang terdalam adalah 90 m dan volumenya 0,027 Km3.

Fasilitas yang tersedia disini adalah tempat parkir untuk mobil, penyewaan perahu untuk memancing atau sekedar rekreasi. Fasilitas akomodasi tersebar di desa-desa skitar view danau yang menawan cukup banyak tersedia. Di samping itu dibeberapa tepian jalan disepanjang tepian danau juga tersedia tempat-tempat duduk untuk sekedar minum kopi, makan kue atau memandangi pemandangan yang indah di kejauhan.

Setiap saat danau ini ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara. Dari pengamatan secara umum, kebanyakan wisatawan yang datang ke tempat ini adalah wisatawan mancanegara yang independent, yang membawa/mengendarai kendaraan sendiri.

Selasa, 05 Oktober 2010

JENIS KENDARAAN







Jenis Kendaraan yang kami pakai untuk melayani para tamu-tamu kami, yang sesuai standar harga seperti yang sudah tertera, jenis Suzuki AVP, Xenia, juga jenis Avanza. Dan jenis AVP yang selama ini paling banyak kami gunakan. Dan juga kami menyediakan mobil katagori luxury seperti jenis kijang Innova yang sudah tentu harganya pun lebih tinggi.

Di samping itu tidak menutup kemungkinan, kalau calon tamu/clients menginginkan jenis kendaraan yang lain yang kemungkinan jumlah peserta dari tamu tersebut melebihi dari ukuran suzuki Avp dan atau ingin menyewa kendaraan dengan atau tanpa sopir. Disini saya melayani konsumen sesuai dengan permintaan dan kesepakatan yang telah di setujui bersama dan sesuai persediaan yang ada pula

Terima kasih atas kepercayaan anda!

TANAH LOT HALF DAY TOUR


Tanah Lot Sunset Tour
Half Day Tour di Bali, acara tour setengah hari mengunjungi obyek wisata atau tempat wisata yang ada di Bali, Tanah Lot Sunset Tour.
Tanah Lot Sunset Tour, salah satu pilihan half day tour di Bali mengunjungi obyek wisata yang ada di Bali.
Berangkat Setiap Hari mulai 14.00 siang (sekitar : 6 jam)
Pura Taman Ayun, yang akan di kunjungi pertama kalinya Pura peninggalan masa kejayaan Raja Mengwi. Pura ini dibangun dengan kolam indah yang menggambarkan sebuah kerajaan dengan perlindungan bentengnya.
Di halaman utama terdapat beberapa Meru untuk memuja para Dewa yang bersemayam di setiap Gunung di Bali seperti Gunung Agung, Gunung Batur, Gunung Batukaru dan lain-lain. Dilanjutkan dengan mengunjungi Alas Kedaton, hutan kecil dengan sebuah Pura suci yang dijaga oleh puluhan kera dan kalong (kelelawar raksasa).
Tour berakhir di Tanah Lot, kawasan pantai selatan yang terkenal dengan keunikan pura ditengah laut (Pura Tanah Lot) dan keindahan sunsetnya. Dengan berakhirnya melihat Tanah Lot, berakhir pula trip kali ini dan kembali ke hotel.
Harga: Rp.350.000 / Mobil (max. 5 orang) Kendaraan ber-AC private,Bensin, Sopir, (layanan pemandu wisata kalau ada permintaan)
Extra hours: Rp.40.000/jam

Untuk pemesanan dan info selanjutnya segera hubungi I Wayan Suyadnya Yasa (Yasa) di +62 (0) 81.337.485.888 atau +62 (0) 87.8611.800.17, e-mail: yanlandung@yahoo.com, gmail: wyansa@gmail.com, FB: wayan suyadnya yasa

UBUD HALF DAY TOUR


Ubud Tour
Half Day Tour di Bali, acara tour setengah hari mengunjungi obyek wisata atau tempat wisata yang ada di seluruh Bali, Ubud Shopping Tour.

Ubud Shopping Tour , adalah salah satu half day tour di Bali yang mengunjungi obyek wisata yang ada di Bali, terutama di area Ubud.

Berangkat Setiap Hari mulai 09.00 pagi (sekitar : 6 jam)

ubud

Perjalanan tour ini perjalalanan yang sangat special untuk anda yang suka berbelanja / shopping.Obyek pertama yang akan dikunjungi adalah Tohpati, sebuah desa yang sangat akrab dengan sebutan gudangnya kerajinan Batik. Disini para pengerajin akan mendemonstrasikan proses pembuatan batik tulis maupun tenun. Juga tersedia berbagai koleksi yang telah jadi dan siap untuk dijual, namun jangan heran jika harganya cukup mahal karena proses pembuatannya juga menggunakan cara tradisional yang cukup rumit.

Tour kemudian dilanjutkan menuju Celuk, Dikawasan ini terdapat puluhan rumah pengerajin perak yang berderat dipinggir jalan utama. Kita akan menengok aktivitas para pengerajin local di salah satu rumah industri di desa tersebut. Acara shopping berlanjut menuju Batuan, desa yang tak jauh dari Celuk yang terkenal dengan seni lukisnya. Secara garis besar di Bali terdapat berbagai macam aliran seni lukis, dan Batuan merupakan salah satu dari aliran tersebut.

Setelah mengunjungi salah satu rumah pelukis dan galerinya di desa ini, kemudian perjalanan diteruskan menuju Kemenuh. Kemenuh adalah sebuah desa yang terkenal dengan pematung kayunya. Desa Kemenuh adalah pemasok terbesar patung-patung kayu yang dijual di Kuta, Sukawati, Ubud, maupun Mas. Kita akan singgah disebuah rumah pematung didesa tersebut untuk melihat lebih dekat proses pembuatan patung dan juga beberapa hasil karya mereka.

Selanjutnya perjalanan berakhir di Ubud, desa seni yang acapkali disebut sebagai desa international. Memang pantas untuk menyandang gelar tersebut karena hampir disepanjang jalan dipadati dengan restaurant, hotel dan para penjual kerajinan local. Terdapat banyak penginapan dari homestay sampai dengan hotel boutique berkelas international. Berbagai macam museum seni juga terdapat disini, seperti Neka, Antonio Blanco, Arma dan lain-lain.

Yang tak kalah menarik adalah Ubud Art Market, sebuah pasar local yang menjual berbagai produk kerajinan dengan harga murah. Makan siang dapat dilakukan sekitar kota Ubud. Tour usai, kembali ke hotel.

Harga: Rp.350.000 / Mobil (max. 5 orang) Kendaraan ber-AC private,Bensin,Sopir (layanan pemandu wisata kalau ada permintaan)
Extra hours: Rp.40.000/jam

Informasi selanjutnya segera hubungi I Wayan Suyadnya Yasa di +62 (0) 81.337.485.888 atau +62 (0) 87.8611.800.17 fb: wayan suyadnya yasa, e-mail: yanlandung@yahoo.com, gmail: wyansa@gmail.com

ULUWATU HALF DAY TOUR


Uluwatu dan GWK Tour
Half Day Tour di Bali, acara tour setengah hari mengunjungi obyek wisata atau tempat wisata yang ada di seluruh Bali, GWK dan Uluwatu Tour.

Jalan-jalan di Bali terasa belum lengkap tanpa mengikuti pilihan-pilihan kegiatan tour dari kami, karena kami menawarkan tour private dengan standar transportasi exclusive, obyek-obyek wisata yang paling menarik di Bali, serta restaurant-restaurant pilihan. Berikut adalah salah satu pilihan Half Day Tour atau tour setengah hari di Bali yaitu GWK dan Uluwatu Tour

Berangkat Setiap Hari mulai 08.00 pagi (sekitar : 5 jam

Pantai Tanjung Benoa,adalh obyek pertama yang akan dikunjungi pantai dengan hamparan pasir putih yang indah di belahan Bali selatan. Pantai ini berair tenang dan bersih serta sangat cocok sebagai tempat rekreasi wisata air seperti:glass bottom boat,banana boat,jet ski,flying fish,diving,parasailing dan tak kalah pentingnya adalah donut(bentuknya menyerupai donut)dan sungguh akan membahagiakan anda dan juga untuk keluarga yang ikut berlibur. Tempat ini juga menyewakan boat menuju pulau Penyu, tempat penangkaran dan pemeliharaan penyu terbesar di Bali.

Kemudian tour dilanjutkan menuju Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, compleks wisata dimana terdapat patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung Garuda yang rencananya dipakai sebagai icon Bali di dunia international.

Beristirahat sebentar untuk makan siang, perjalanan dilanjukan ke Pura Uluwatu, Pura suci peninggalan Dang Hyang Nirartha dalam misinya menyebarkan agama Hindu di Bali. Dang Hyang Nirartha adalah seorang pendeta suci yang datang ke Bali pada abad ke 16, dan ditempat inilah beliau mengakhiri perjalanannya serta menuju nirwana tanpa meninggalkan jasadnya di dunia. Pura ini dijaga oleh puluhan kera yang konon merupakan pengikut setia Sang Pendeta.

Setelah itu tour dilanjutkan menuju Joger (Pabrik Kata-Kata) , sebuah tempat shopping yang terkenal dengan berbagai souvenir dengan hiasan kata-kata yang unik, tour selesai kembali ke hotel.
Harga: 300.000 / Mobil (max. 5 orang),kendaraan ber-AC private,Bensin,Sopir (Pemandu wisata kalau ada permintaan)

Extra hours: Rp.40.000/jam

DENPASAR CITY TOUR


Denpasar City Tour
Half Day Tour di Bali, acara tour setengah hari mengunjungi obyek wisata atau tempat wisata yang ada di seluruh Bali,atau sering disebut denganThe Capital City Tour.

Denpasar City Tour atau sering dusebut The Capital City Tour , adalah salah satu pilihan half day tour di Bali mengunjungi obyek wisata yang ada di Bali, terutama di pusat kota Denpasar.

Berangkat Setiap Hari mulai 09.00 pagi (sekitar : 5 jam)

Bajra Sandhi

Tour ini menyajikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari masyarakat kota serta obyek-obyek menarik di Kota Denpasar. Tempat pertama yang akan dikunjungi adalah Pasar tradisional Kumbasari/Badung. Pasar ini adalah pasar tradisional yang dipisahkan oleh Tukad Badung (Sungai Badung) di jantung kota Denpasar.

Disini tersedia berbagai macam kebutuhan masyarakat Bali sehari-hari dari sesajen, buah-buahan, sayur-mayur, makanan/minuman sampai dengan pakaian dan perlengkapan sembahyang. Kerap dijumpai aksi tawar menawar antara pedagang dengan pembeli, jadi jikalau ingin berbelanja disini, kepiawaian dalam tawar menawar sangat diperlukan. Ditempat ini juga terdapat masyarakat local yang menawarkan jasa angkutan dokar (delman/kereta kuda) bagi para pengunjung yang berminat.

Kemudian beranjak menuju Museum Bali & Lapangan Puputan. Tempat ini acapkali digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga karena tempatnya sangat teduh dengan pepohonan yang rindang. Ditempat yang sama juga berdiri sebuah kompleks bangunan yang dikenal dengan Museum Bali. Museum ini didirikan pada tahun 1932 dan memiliki berbagai macam koleksi seperti benda arkeologi, berbagai jenis topeng, barang kerajinan, lukisan dan juga ilustrasi berbagai arsitektur bangunan di Bali.

Dilanjutkan dengan mengunjungi Bajra Sandhi monument di Niti Mandala Renon Denpasar. Monument ini merupakan monument peringatan atas jasa para pahlawan Bali yang telah mengorbankan jiwa mereka untuk membela tanah kelahiran tercinta. Bentuk bangunan monument menyerupai sebuah genta dan berdiri ditengah lapangan yang cukup luas. Bangunan terdiri dari beberapa ruangan yang didalamnya memamerkan puluhan pragmen miniature perjuangan. Makan siang di lokal restauran yang ada di sekitar Sanur, Tour usai, kembali ke hotel.

Harga: 350.000 / Mobil (max. 5 orang) kendaraan ber-AC private, Bensin, Sopir (Pemandu wisata/guide kalau ada permintaan)

Extra hours: Rp.50.000/jam