Selasa, 28 September 2010

DESA CELUK



DESA CELUK

Citra yang paling menonjol tentang desa celuk adalah sebuah desa obyek wisata kerajinan emas dan perak. Desa yang terletak di kecamatan Sukawati,kabupaten Gianyar ini memiliki kekhasan dan keunggulan dalam bidang kerajinan emas dan peraknya dalam kuantitas yang besar dan kwalitas yang bermutu tinggi. Hampir semua keluarga dan penduduk Desa Celuk orang Bali yang sangat profesional, trampil dan seni dalam mengembangkan kreasi desain dan variasi terkait dengan kerajinan emas dan perak.

Desa kerajinan yang memiliki akar sejarah yang panjang ini, hasil produksinya sudah menembus pasaran lokal,nasional dan internasional. Beragam jenis kreasi dan variasi perhiasan, baik sebagai cendramata maupun sebagai komoditi eksport di produksi di desa itu yang meliputi berbagai jenis cincin,gelang,kalung,anting-anting,giwang,tusuk konde,bross dan berbagai jenis lainnya. Disamping itu, pengerajin Celuk yang sangat respon terhadap permintaan pasar juga memproduksi produk-produk modern seperti medali, maket dan simbol-simbol budaya.

Dalam rentangan sejarah perkembangan seni kerajinan emas dan perak tersebut, langkah penemuan diawali oleh sekelompok keluarga yang tergolong clan Pande. Dari kalangan keluarga ini, aktivitas kerajinan emas perak menyebar keseluruh warga masyarakat sebagai jenis mata pencahariaan hidup utama yang berangsur-angsur menggeser mata pencahariaan hidup sebagai petani. Sekitar dekade tahun 1970-an telah terjadi perubahan struktur masyarakat desa secara signifikan, dari struktur masyarakat agraris ke struktur masyarakat industri kerajinan. Dan bahkan kini, sebagian mereka telah melompat lagi ke struktur ekonomi jasa dengan fokus jasa kepariwisataan. perubahan dan lompatan struktur tersebut telah membawa dampak positif yang baru bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Desa Celuk, Kuta dan Ubud tergolong sebagai kategori desa makmur di Bali dengan income per capita yang tinggi.

Lokasi Desa Celuk sangat strategis. Dengan jarak sekitar 10Km dari kota Denpasar, desa ini berada dalam jaringan desa-desa objek dan kunjungan wisatawan yang potensial dan beragam. Desa-desa tetangga tersebut adalah desa Batubulan dengan ciri khas seni tari barong dan ukir batu padas, desa Singapadu dengan ciri khas desa seni yang di lengkapi oleh rekreasi Taman Burung dan kebun Binatang, desa Batuan dengan seni lukis tradisional, desa Guang adalah desa seni ukir kayu, dan pasar seni Sukawati sebagai sentra perdagangan seni dan cndramata. Disepanjang jalan raya Celuk, sepanjang kurang lebih 2Km ditemukan di kiri kanan jalan berbagai jenis artshop Gold and Silver yang terbuka bagi kunjungan para wisatawan domestik dan mancanegara. Begitu juga dibagian pedalaman desa tersebut, tersebar aktivitas dan workshop kerajinan emas perak yang siap menerima pesanan dalam partai kecil dan juga besar.

Kreaktivitas pengerajin desa Celuk tidak hanya trbatas dalam arena pasaran lokal. Mereka juga adalah pengerajin dan pebisnis yang memanfaatkan peluang-peluang promosi dalam berbagai pameran dan festival seni dalam level yang besar dari pameran di Pesta Kesenian Bali, pameran di pusat-pusat kota besar seperti Jakarta dan bahkan beberapa di antara mereka telah melaksanakan pameran pada pasar dagang internasional di Eropa,Australia,Jepang dan amerika.

Sebagai desa kunjungan dan objek wisata di Bali selatan, desa Celuk ramai dikunjungi pada pagi, siang dan sore hari. Kunjungan tersebut, baik pada saat awal tour di pagi hari, maupun saat wisatawan kembali ke hotel di sore hari.

UBUD TOUR


BATUBULAN

Batubulan merupakan sebuah desa seni di gerbang barat kabupaten Gianyar. Identitas dan citra sebagai desa seni yang menasional dan mendunia dibangun melalui seni tari Barong (Barong and Kris Dance) yang di pentaskan setiap hari pada lima stage di desa itu, yaitu: Stage Pura Puseh, Stage Tegaltamu, stage Denjalan, Stage Sahadewa dan Stage Sila Budaya.

Daya tarik wisata budaya ini secara menyeluruh bersumber dari keragaman dan kuwalitas potensi seni di desa Batubulan yang mencakup seni tari, seni kerawitan, seni patung, seni sastra. Di desa ini disamping berkembang seni turistik juga tetap hidup seni hiburan (balih-balihan) dan seni sakral (seni wali).

Desa Batubulan, pada awalnya adalah sebuah desa agraris yang di topang oleh seni ukir batu padas. Mengandalkan potensi seni, lokasi yang strategis dan jaringan desa yang terbuka secara lokal,nasional,global, desa ini kemudian tumbuh sebagai objek wisata budaya yang sangat menarik dan populer. Seluruh jaringan paket tour wisata ke bali tengah dan Bali timur berawal dari desa Batubulan. Terminal Batubulan berperan strategis sebagai simpul komonikasi ke delapan kabupaten di Bali: Denpasar, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, Karangasem, Buleleng dan Jembrana bagi wisatawan kategori individual dan explorer dengan fasilitas transportasi darat. Batubulan merupakan relasi pembuka untuk menjangkau jaringan seluruh Bali.

Desa Batubulan terletak pada jarak 8Km dari kota Denpasar, ibukota propinsi Bali. Desa ini terdiri dari tiga Desa adat. Yaitu: Desa adat Tegaltamu, Desa adat JeroKuta dan Desa adat Delod Tukad. Di dalamnya tercakup 16 banjar. secara demografis, desa ini tergolong desa berpenduduk padat dengan jumlah penduduk tahun2003 sebesar 11.333 jiwa dengan 2.775 Kepala keluarga.

Secara etimologi, nama Batubulan berakar dari dua kata, yaitu Batu dan Bulan (moonstone) yang secara harfiah mengandung arti kokoh dan bersinar lembut, serta secara maknawi merefleksikan satu ketahanan sosial dalam kecerahan seni dan kultural.

Dalam cerita legenda dan perspektif historis-mitologis, nama Batubulan diangkat dari temuan tokoh Dewa Kalesan, seorang pejuang dan pelopor pembuka kawasan Batubulan. Melalui aktivitas bersama pada masa lampau dalam perambasan pembukaan hutan yang lebat ditemukan satu lokasi unik religius yang konon sebagai satu simpul batu memancarkan sinar suci. Tempat tersebut, pada pandangan emik orang Batubulan diyakini sebagai asal muasal wilayah satu komunitas yang kini bernama Desa Batubulan. Dilokasi tersebut yang terletak di tengah palemahan desa sejak dulu sampai kini berdiri satu pura yang bernama Pura Batubulan.

Obyek unggulan dan daya tarik utama desa Batubulan dalam kerangka peta objek-objek wisata Bali adalah seni Tari Barong dan ukiran batu padas. Objek ini menjadi semakin terkenal karena di topang oleh daya tarik wisata yang terus berkembang dan beragam.

Keragaman daya tarik Batubulan di bidang pariwisata meliputi: (1).Pantai selatan yang cocok untuk rekreasi dan surfing; (2).Berkembangnya kerajinan dan perdagangan tenun ikat; (3). Berkembangnya seni turistik mencakup: tari Kecak,tari Sanghyang Api,tari Joged,tari Legong. (4). Tersedianya lokasi yang menarik, nyaman dan artistik untuk penyelenggaraan Bali Night; (5).Adanya Pura Puseh(Kahyangan Tiga) dengan pola struktur dan artsitektur yang megah dan agung; (6).Tersebarnya disamping jalan desa, artshop dan bisnis stone carving dari lava stone dan juga dari batu padas lokal.

Sebagai obyek wisata dan kawasan bisnis ukiran batu padas, Desa Batubulan ramai dikiunjungi wisatawan mancanegara dan domestik sejak pagi hari,sore hari sampai petang harinya. Pagi hari jam 09.30-10.30 diadakan pementasan tarian Barong dan Kris secara rutin dan juga di saat petang hari jam 18.30-19.30 dipentaskan tarian Kecak dan Api atau juga disebut Bali Night,sedangkan selama 12 jam di siang hari adalah waktu bisnis disepanjang artshop dan workshop disepanjang wilayah desa Batubulan. Batubulan juga bertetangga dengan desa-desa seni lainnya yang potensial seperti Desa Singapadu,Desa Celuk dan juga Desa Guang.

Selasa, 21 September 2010

SERANGAN TOUR



DESA SERANGAN

Desa Serangan adalah sebuah desa kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Bali, dimana Desa ini dulunya adalah sebuah pulau namun dengan adanya reklamasi, maka pulau ini menyatu dengan pulau Bali.

Menurut cerita orang tua dahulu bahwa munculnya pulau Serangan di awali dari sebuah desa tertimpa suatu musibah, dimana penduduknya habis ditelan oleh burung Garuda, namun yang terakhir tidak bisa ditelan atau dimuntahkan. Lalu burung itu terbang tidak menentu arah tujuannya, hingga sampailah burung Garuda itu di teluk selatan. Di situlah burung Garuda merendam badannya sambil mengais-ngaiskan kakinya sehingga tanah bermunculan sehingga membentuk suatu daratan yang sekarang di kenal dengan pulau Serangan. Ditempat inilah burung Garuda memuntahkan manusia terakhir yang tidak dapat ditelannya, manusia ini di sebut Si Utah Garuda. Setelah SI Utah Garuda keluar dari mulut Garuda, lalu burung itu berkata, "Hai kamu adalah orang ksatria utama, semoga kamu bisa hidup bahagia di pulau ini". semenjak itu Si Utah Garuda menetap di daratan ini. Para nelayan yang biasa mencari ikan di tempat itu merasa heran, dengan keberadaan baru itu yang di huni oleh seseorang. Mereka bertanya kepada Si Utah Garuda, mengapa dia berada di daratan ini dan Si Utah Garuda menjawab dia juga tidak tahu mengapa dia berada disini, dia hanya tahu dia dimuntahkan oleh seekor Burung Garuda. Mendengar hal itu, nelayan merasa kasihan dan memberikan bekal mereka pada Si Utah Garuda, bahkan mereka ingin mengajak tinggal di tempat mereka, namun Si Utah Garuda tidak mau, dia bersikeras ingin tinggal di daratan tersebut.

Para nelayan yang datang ke tempat itu berkaul kepadanya, seandainya mereka mendapatkan ikan yang banyak bahwa mereka akan membawakan Si Utah Garuda sekedar makanan dan ada pula yang akan membuatkan tempat berteduh. Ternyata semua permintaan para nelayan terkabul. Mereka mendapatkan banyak ikan, semenjak itu berita mengenai Si Utah Garuda tersebar dimana-mana sementara itu banyak orang datang untuk membuat pondok dan menetap di tempat itu. Begitu banyaknya orang datang dan berkaul kepadanya, di buatkan sebuah pelinggih disebelah pondok untuk di pujanya. Dengan keberadaan Si Utah Garuda dan orang-orang yang menetap di sana maka mereka membentuk satu sistem kemasyarakatan yang mempunyai aturan-aturan tersendiri yang sampai sekarang di sebut Desa Adat Serangan.

Istilah Serangan berasal dari kata "Sira-Angen" yang dalam bahasa Bali berarti "sire sane nenten kelangen" artinya "siapa yang tidak kasihan". Ini berawal dari keberadaan Si Utah Garuda di daratan yang membuat orang-orang kasihan kepadanya, maka daratan/tempat tersebut di beri nama Serangan. Demikian secara singkat mengenai sejarah Desa Serangan (Sumber Pemangku Pura Cemara Desa Serangan, I Ketut Rampun)

Serangan sebagai objek dan daya tarik wisata berlokasi di Desa/Kelurahan Serangan,Kota Denpasar,Propinsi Bali yang luasnya 101 hektar (namun dengan diadakan reklamasi pantai Serangan,kini luas Desa tersebut 365 hektar) dan mempunyai tinggi 3 meter dari permukaan laut. Mengingat desa ini terletak di daerah pantai maka akan mempengaruhi suhu udaranya, yang rata-rata panas. Jarak Desa Serangan menuju pusat pemerintahan kecamatan sejauh 4,5 km dan 20,5km menuju Kabupaten (Badung).

Secara geografis batas-batas wilayah Desa Serangan adalah: sebelah utara: Desa Sanur Kauh, sebelah selatan: Kelurahan Tanjung Benoa, sebelah barat: Kelurahan pedungan, sebelah timur: selat Badung. Secara administrasi Desa Serangan terdiri dari enam banjar adat Hindu, dan satu adat Kampung Bugis (Islam), yakni: Banjar Dukuh, Banjar Peken, Banjar Kawan, Banjar Tengah, Banjar Kaja, Banjar Pojok, Banjar Bugis.

Berdasarkan data monografi Desa Serangan sampai akhir tahun 2002, jumlah penduduk penduduknya mencapai 3.261 orang, yang terdiri dari 1.558 orang laki-laki, dan 1.703 orang perempuan. Keseluruhan jumlah penduduk tersebut berprofesi sebagai nelayan. Mengingat daerah ini adalah daerah pesisir, makanya penghasilan daerah ini dari hasil laut.

Adapun fasilitas (sarana dan prasarana) yang ada di Desa Serangan dapat dikatakan belum memadai seperti belum adanya sarana akomodasi seperti: penginapan,hotel,bungalow dan lain-lain, mengingat desa ini baru dikembangkan dalam beberapa tahun ini dan saat ini masih dalam proses pengembangan kearah yang lebih maju.

Fasilitas yang sudah ada yakni: (a) Jalan.Keadaan jalan di desa ini sudah lebih lebih baik dari sebelumnya. Sebagian jalan sudah di aspal dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Adanya penerangan di sepanjang jalan pada malam hari semakin mempermudah orang-orang yang melalui jalan di Desa Serangan.(b). Restoran (Kafe). Di desa ini terdapat tujuh restoran (kafe) yang lokasinya berdampingan yaitu di sebelah tenggara agak jauh dari pemukiman penduduk. (c). Alat komunikasi. Terdapat dua buah wartel dan tiga buah telpon umum yang di tempatkan di kantor Lurah, pasar dan di kantor KUD. Walaupun sebelumnya terdapat lebih dari tiga telpon umum, namun karena adanya kerusakan atau kurang adanya perawatan maka saat ini hanya ada tiga telpon umum. Dengan adanya alat komunikasi ini maka akan membantu mempermudah masyarakat melakukan komunikasi jarak jauh, namun sampai saat ini belum ada kantor pos.(d). Puskesmas Pembantu. Puskesmas di desa menempatkan dua orang perawat untuk membantu masyarakat untuk berobat. Bangunan, serta fasilitas lainnya mendapat subsidi dari pemerintah. (e). Tempat Ibadah. Terdapat 18 pura dan 1 mesjid yang terdapat di perkampungan Bugis. Karena sangat minim penduduk beragama Kristen dan Budha maka belum ada Gereja dan Wihara di sana. (f). Tempat memancing. Desa Serangan sangat cocok untuk tempat memancing karena memiliki lautan dan pantai yang cukup luas dan tentu dengan hasil laut yang berlimpah. (g). Lain-lain. Sekolah-sekolah sudah cukup bagus, sebagian besar gedung-gedungnya sudah di renovasi dan di berikan fasilitas yang lebih memadai seperti sarana lampu di kelas-kelas dan sekitarnya, air PAM dan dan listrik cukup lancar sehingga penduduk tidak kesulitan akan kebutuhan air dan listrik.

PURA SAKENAN

Pura Sakenan terletak di pinggir barat laut wilayah Desa Serangan, kecamatan Denpasar selatan, kabupaten Badung, sekitar 10km ke arah selatan dari kota Denpasar. Dari Pura Sakenan terlihat pemandangan pantai dan laut yang indah, deretan bukit-bukit dan pantai Nusa Dua yang terletak di sebelah selatannya.

Struktur Pura Sakenan terdiri dari dua kelompok yaitu:

1. Pura Sakenan, komplek Pura Sakenan terletak di timur.
2. Pura Dalem Sakenan, komplek Pura Sakenan yang terletak di barat.

Berdasarkan lontar Dwijendra tattwa, nama Sakenan berasal dari kata "Sakya" yang berarti dapat langsung menyatukan pikiran. Lontar tersebut menguraikan bahwa pada bagian tepi barat laut Serangan, DangHyang Nirarta tertegun, merasakan keindahan alam, laut yang tenang dengan keasrian pantainya. Oleh karena itu beliau menginap di sana dan melakukan yoga, memuja keagungan Tuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan. Pada saat melakukan yoga Beliau bisa langsung menyatukan pikiran atau "sakya", oleh karena itu beliau membangun tempat pemujaan yang di beri nama "pura Sakenan".

Pada saat ini Pura Sakenan yang di bangun oleh DangHyang Nirartha tersebut di kenal dengan nama "Pura Dalem Sakenan",komplek Pura Sakenan di bagian barat.

Tinjauan sejarah Pura Sakenan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Berdasarkan lontar Usana Bali, yang menguraikan bahwa Mpu Kuturan banyak
membangun pura di Bali, diantaranya disebutkan adalah "Bhatara ring Sakenan".Bila Mpu Kuturan yang dimaksud orangnya sama dengan tokoh Senopati Kuturan yang hidup pada masa pemerintahan Anak Wungsu 1049-1077 Masehi, maka Pura yang didirikan oleh Mpu Kuturan berdasarkan Lontar Usana Bali adalah komplek Pura Sakenan yang terletak disebelah timur, di bangun oleh Mpu Kuturan pada abad ke-11.

2. Berdasarkan Lontar Dwijendra Tattwa, yang antara lain menguraikan setelah DangHyang Nirartha menulis kekawin Anjang Nirartha (berisi uraian objek keindahan yang disaksikan sepanjang perjalanan bertirtayatra)di Nusa Dua, maka beliau melanjutkan perjalanan ke arah utara dan kemudian tiba di tepi barat laut pantai Serangan. Di tempat itu beliau beryoga dan dapat langsung menyatukan pikiran atau sakya dan kemudian beliau mendirikan tempat pemujaan yang dinamakan Pura Sakenan. Pura yang didirikan oleh beliau dinamakan "Pura Dalem Sakenan", yang terletak di komplek sebelah barat. Berdasarkan Dwijendra Tattwa tersebut, dapat dikatakan bahwa, Pura Sakenan yang terletak disebelah dibagian barat dibangun oleh Danghyang Nirartha pada abad ke-16 karena beliau menjadi purohita (pendeta penasehat raja)pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong yang menjadi raja sekitar tahun 1460-1552 M.

3. D Pura Dalem Sakenan terdapat peninggalan arkeologi yang berasal dari periode abad ke-16-17. Peninggalan tersebut adalah sebuah candi berbentuk "Prasadha", yaitu sebuah gapura bersayap berikut dua buah arca Ganesha yang berada didepannya selaku Dwarapala. Gapura dan arca Ganesha yang terdapat di Pura Sakenan tersebut berasal dari periode abad ke-16-17, berdasarkan analisis komparatif, membandingkan tipe dan hiasannya dengan gapura bersayap yang ada di Pura Uluwatu dan gapura bersayap di Mesjid Sandangduwur, lamongan Jawa Timur. Diantara ketiga gapura bersayap tersebut, tipe dan hiasannya serupa sehingga diduga berasal dari periode yang sama yaitu dari abad ke 16-17M. Perkiraan tersebut didasari atas angka tahun dalam bentuk candrasangkala pada gapura bersayap yang ada di Mesjid Sandangduwur yang berbunyi "Gunaning Salira Tirta Hayu" yaitu tahun 1483 Saka atau 1561 Masehi (guna=8,salira/sarira=8, tirta=4, hayu=1). Prasadha yang terdapat di Pura Dalem Sakenan tersebut, memiliki tipe serupa dengan prasada yang terdapat di Pura Taman Ayun dan prasada yang terdapat di Pura Sada di Desa Kapal. Ketiga pura tersebut memiliki ikatan dengan keberadaan kerajaan Mengwi pada periode abad ke-17.

Fungsi Pura Sakenan tersirat dalam sumber seperti:

1. Usana Bali, antara lain menguraikan tentang pendirian pura yang disebut "Bhatara ring Sakenan". Berdasarkan uraian tersebut, fungsi Pura Sakenan adalah untuk memuja "Bhatara" yaitu salah satu aspek manifestasi Tuhan yang dipuja sebagai Ista Dewata di Pura Sakenan tersebut.

2. Dwijendra Tattwa menyebutkan bahwa ketika danghyang Nirartha melakukan yoga di Pura Sakenan, beliau dapat langsung menyatukan pikiran atau sakya, terasa olehnya di tempat itu ada sumbu kekuatan suci untuk memuja Hyang yaitu Tuhan, untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan.

3. Tradisi setempat memandang bahwa aspek manifestasi Tuhan yang di puja di Pura Sakenan adalah "Bhatara Rambut Sakenan" atau "Bhatara Rambut Sedana" yaitu untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan.

Upacara Piodalan di Pura Sakenan diadakan setiap 6 bulan sekali (210hari), hari Sabtu Kliwon Kuningan, bersamaan dengan perayaan hari Raya Kuningan. perayaannya di lakukan selam 3 hari. "Ida Bhatara Nyejer" dan puncak acaranya disebut "Upacara Magpag Sakenan" dilaksanakan pada hari ke-2 yaitu hari minggu Umanis Langkir.

Perayaan upacara piodalan disertai dengan pementasan Tari Wali dan Tari Wewalian seperti: Barong Ket, Barong landung. Pada waktu upacara piodalan, umat Hindhu berduyun-duyun datang untuk bersembahyang. mereka berasal dari berbagai daerah, khususnya dari kabupaten Badung.

SANUR

Pantai Sanur terletak di kecamatan Denpasar selatan, kota Denpasar. Pantai ini terletak disebelah timur dan selatan Desa Sanur, yang merupakan tepi Samudera Indonesia, sebelah selatan pulau Bali. Tempat ini sudah terkenal sejak dahulu kala terutama sejak terjadi perang Puputan Badung pada tanggal 20 September 1906 yang mana Belanda mendaratkan tentaranya di pantai ini. Dalam sejarah Bali kuno, pantai Sanur juga terkenal, dan masih ada Tugu Batu Bertulis yang merupakan Prasati Raja Kesari Warmadewa yang berkeraton di Singadwala tahun 917, dimana sekarang terdapat di Blanjong bagian selatan pantai Sanur. Di kalangan pariwisata, pantai Sanur pertama kali diperkenalkan oleh pelukis Belgia bernama A.J.Le Mayeur bersama istrinya Ni Polok yang menetap di Sanur sejak tahun 1937 dan mengadakan pameran lukisan karyanya sendiri.

Daya tarik pantai Sanur sebelah utaranya melingkar seperti setengah lingkaran dan bagian selatannya berbelok dari timur ke barat dimana gelombang lautnya tidak terlalu besar dan bila airnya surut akan kelihatan batu karang yang membentang berwarna warni. Di sebelah tenggara terlihat gugusan pulau Nusa Penida diseberang laut dan sebelah timur kelihatan panorama pantai-pantai selat Bali dengan gunungnya. Pemandangan pantai Sanur jjuga terlihat indah di sore hari.

Gugusan Pulau Serangan dan bukit karang yang menjorok ke laut terlihat dari pantai Sanur sebelah selatan. Suasana di sepanjang pantai Sanur terang dan teduh karena penuh dengan pohon besar. Wisatawan di pantai Sanur senang menikmati matahari terbit dan berjemur di sepanjang pantai yang berpasir putih.

Pantai Sanur jaraknya sekitar 4 Km dari pusat kota Denpasar, dapat dicapai dengan mobil maupun sepeda motor. Pantai Sanur sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara. Hari minggu dan hari libur tempat ini menjadi pilihan penduduk kota Denpasar untuk berekreasi dan mandi di laut. Pada malam bulan purnama banyak orang datang santai dan mandi sambil menikmati keindahan pantai. Selain pantainya, Museum Le Mayeur juga banyak menarik minat wisatawan.

Di pantai Sanur banyak di gelar event-event lokal, nasional, maupun internasional. Contoh dari event itu adalah lomba Layang-Layang, lomba Jukung Tradisional.

Fasilitas yang terdapat di Sanur adalah, adanya hotel bertaraf inernasional seperti Hotel The Grand Bali Beach, Hotel Bali Hyatt, Hotel Sanur Beach, Hotel Sindhu Beach, Griya Santrian, Besakih Hotel, dan masih banyak lagi sepanjang timur dan tenggara pantai ini. Berbagai fasilitas ini berbaur dengan fasilitas untuk tempat tinggal penduduk, sehingga Sanur merupakan kawasan tertutup. Kios barang kesenian dan art shop juga banyak disana. Akomodasi dan restorant juga sudah banyak tersedia yang senantiasa siap melayani kepentingan para wisatawan. Pantai Sanur juga dipergunakan sebagai tempat penyebrangan menuju pulau Nusa penida, dan juga tersedia restourant cepat saji seperti Mc Donald dan KFC, dan tak kalah pentingan fasilitas Bank dan juga Money Changer (tempat tukar uang asing), serta ATM yang sangat mempermudah para wisatawan untuk proses pengambilan uang mereka.

Minggu, 12 September 2010

ULUWATU


Pura Luhur Uluwatu

Pura Uluwatu salah satu dari Pura Sad Kahyangan di Bali, terletak di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, sekitar 25km ke arah selatan kota Denpasar. Pura tersebut terletak di atas bukit karang yang menjorok ke laut setinggi kurang lebih 80 meter dari permukaan laut. bila di lihat dari arah mata angin, maka Pura Uluwatu lokasinya termasuk arah barat daya dari Pulau Bali. Disebelah timur pura tersebut terdapat alas kekeran (hutan Larangan) milik pura yang di huni oleh banyak kera dan satwa lainnya.

Nama Uluwatu adalah nama semula dari pura itu. Kata Ulu berarti kepala atau ujung, sedangkan Watu berarti Batu. Oleh karena itu yang di maksud Pura Uluwatu adalah Pura yang di bangun pada ujung batu karang.

Di samping kanan dan kiri bangunan atau pelinggih "Gedong Ratu Bagus Jurit" dalam komplek Pura Uluwatu terdapat dua palung batu bentuknya mirip dengan perahu. Bila keduanya di satukan maka bentuknya serupa dengan sarcophagus yaitu keranda hasil budaya dari tradisi Megalitik. Disini terdapat tinggalan arkeologi dari abad ke-16 yaitu gapura atau candi bentar bersayap. Gapura bersayap merupakan tinggalan arkeologi yang sangat langka, jarang ditemukan. Gapura bersayap Pura Uluwatu (masa pembuatannya) dapat di bandingkan dengan yang terdapat di komplek mesjid di Desa Sendangduwur, Lamongan Jawa Timur, yang masa pembuatannya terkait dengan tahun candrasengkala yang ditemukan pada situs tersebut. Candrasengkala yang ditemukan pada mesjid tersebut berbunyi "Gunaning salira Tirtha hayu" yang berarti tahun 1483 saka atau 1561 Masehi.

Bila palungan batu mirip perahu yang terdapat di komplek Dalem Jurit adalah sebuah sarcophagus dan merupakan artefak in situ ( artefak yang memang berasal dari situs tersebut atau artefak yang tidak dipindahkan dari situs lain), maka Uluwatu merupakan tempat yang dikeramatkan sejak jaman kebudayaan megalitik (sekitar 500SM)

Dalam lontar Usana Bali disebutkan bahwa Mpu Kuturan banyak mendirikan Pura d Bali antara lain Pura Uluwatu. Adapun Mpu Kuturan dipandang identik dengan Senapati Kuturan yaitu tokoh sejarah yang hidup pada masa pemerintahan Raja Udayana, Marakata dan Anak Wungsu pada abad ke-11. Beliau adalah salah seorang tokoh yang duduk di dalam lembaga "pakiran-kiran i jro makabehan" (sejenis lembaga yang memberikan nasehat kepada raja). Berdasarkan isi lontar tersebut, maka pembangunan Pura Uluwatu diawali oleh Mpu Kuturan pada abad ke-11.

Pada lontar "Dwijendra Tattwa" diuraikan bahwa Dangyhang Nirartha dua kali berkunjung ke Pura Uluwatu:

a. Kunjungan pertama ketika Beliau melakukan tirta yatra yaitu perjalanan mengunjungi tempat-tempat suci. Setibanya di Pura Uluwatu hati Beliau tergetar, terdengar bisikan jiwa bahwa tempat itu baik untuk memuja Tuhan. Kelak bila tiba saatnya, Beliau memilih tempat tersebut sebagai tempat Ngaluwur 'melepas jiwatman' untuk kembali ke asal (moksa). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Beliau memutuskan untuk membangun prahyangan atau memperluas bangunan Pura Uluwatu yang sudah ada sbelumnya. Pada waktu Danghyang Nirartha memperluas bangunan Pura Uluwatu, Beliau mendirikan sebuah asrama sebagai tempat tinggalnya sementara dan kemudian bekas asrama tersebut dibangun Kahyangan oleh masyarakat setempat dinamai Pura Bukit Gong. Pembangunan Prhyangan di Pura Uluwatu dilakukan oleh DangHyang Nirartha pada awal abad ke-16 setelah Beliau diangkat menjadi Purohita (Pendeta penasehat Raja) dari Raja Dalem Waturenggong yang memerintah pada tahun 1460-1552.

b. Kunjungan kedua dilakukan ketika Danghyang Nirartha akan mencapai alam moksa. Pada hari selasa kliwon Medangsia dengan di saksikan oleh pelaut yang bernama Ki Pasek Nambangan, Beliau bagaikan kilat hanya berupa cahaya yang sangat cemerlang masuk ke angkasa 'Ngeluwur'.

Dalam lontar Padma Bhuana tersirat bahwa Pura Uluwatu yang terletak pada arah neriti atau barat daya yang berfungsi untuk memuja Dewa Rudra, salah satu Dewata Nawa Sanga. Dewa Rudra merupakan aspek dari Dewa Siwa sebagai Pemeralina atau pengembali ke asal mula.

Pada lontar Kesuma Dewa diuraikan bahwa Pura Uluwatu merupakan salah satu dari 6 pura yang disebutkan sebagai pura Sad Kahyangan dan merupakan "sana" atau dasar dari pura untuk memuja Dewata Nawa Sanga, sedangkan 3 pura lainnya merupakan pengisi atau inti dari Dewata Nawa Sanga. yaitu Pura Andakasa, Pura Gunung Batur, dan Pura Gunung Agung (Besakih).

Dalam lontar Padma Bhuana tersirat bahwa Pura Uluwatu merupakan Kahyangan Jagat yang dipuja oleh seluruh umat Hindu. Pura itu dibangun sebagai penjabaran dari huruf suci Dasaksara yaitu huruf Ma atau mang yang menempati arah barat daya untuk memuja Dewa Rudra.

KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA

Kawasan wisata Nusa Dua merupakan salah satu kawasaan wisata pariwisata 'elit' bertaraf Internasioanal di Bali yang terletak di kabupaten Badung. Kawasan pariwisata seluas kurang lebih 350 ha ini merupakan kawasan percontohan yang menjadi kebanggaan masyarakat Bali dan Indonesia, karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan pariwisata terbaik di dunia.

Nama Nusa Dua sesungguhnya adalah nama dua buah pulau kecil di bagian selatan pulau Bali (Nusa artinya Pulau, Dua= 2) yang di pisahkan dengan pasir putih. Dari nama inilah kawasan pariwisata Nusa Dua diambil.

Kawasan ini mulai di bangun pada tahun 1974, sebagai hasil dari studi konsultan Prancis, SCETO (Sociele Centrale pour l'equpeent Touristique Outre-Mer) pada tahun 1970 serta studi kelayakan yang dilaksanakan oleh PCI (Pacific Consultants International) tahun 1971-1973 atas pendanaan bantuan World Bank, pemerintah menyerahkan pengelolaan kawasan ini kepada PT (Persero) Pengembangan Pariwisata Bali atau BTDC (Bali Tourism Development Corporation) yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomer 27 tahun 1972.

Kawasan ini memiliki fasilitas kepariwisataan yang paling lengkap di Bali termasuk di Indonesia, seperti: akomodasi hotel bintang 5 sebanyak 11 buah dengan 3.875 kamar, disamping juga ada restaurant, fasilitas olah raga termasuk lapangan Golf, Shopping Center dan lain-lainnya. Kawasan ini juga memiliki pantai yang indah dan baik digunakan berekreasi dan berolah raga.

Pada tahun 1981, Garuda Indonesia Airways sebagai investor pertama di Nusa Dua, membangun Nusa Dua Beach. Investor berikutnya pada tahun 1983 membangun Club Mediterrance Hotel, Bali Sol/Melia Bali dan Hotel Putri Bali. Selanjutnya pada tahun 1987 dibangun Sheraton Nusa Indah (sekarang Westin), Sheraton Laguna, Galeria Nusa Dua (sekarang Bali Collection), Grand Hyatt, Bali Hilton (sekarang Ayodya), dan Lapangan Golf. Dengan fasilitas yang dimilikinya, Kawasan Pariwisata Nusa Dua telah berhasil menggaet 22-24 persen dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali.

Kawasan pariwisata Nusa Dua telah bekerja keras meningkatkan penanganan lingkungannya, diantaranya dengan konservasi burung untuk bird watching di Nusa Dua Lagoon, pengolahan limbah cair dengan sistem aerasi dalam lagoon yang dibangun tahun 1976 dengan kapasitas 10.000 m3/hari, dan lain-lain. Kawasan pariwisata Nusa Dua pada bulan september 2003 telah lolos "benchmarking" sertifikasi pariwisata dunia Green Globe 21. Sebelumnya, dalam hal lingkungan, kawasan pariwisata Nusa Dua telah berhasil mendapatkan penghargaan PATA Green Leaf serta Kalpataru. Disamping itu, direktur kawasan ini sedang mendorong seluruh usaha dalam kawasan untuk mencapai sertikat tertinggi dalam Tri Hita Karana Awards and Accreditations, seperti yang sudah pernah dicapai oleh Melia Bali Resort and Spa pada tahun 2001 dan 2002. Banyak hotel lainnya juga telah terakreditasi dalam program ini.

Jarak kawasan Nusa Dua dari kota Denpasar 30 km melalui jalan kawasan Kuta ke selatan, jarak dari airport 12 km. sarana jalan dan transportasi ke kawasan ini cukup lancar.

KAWASAN KUTA

Tiga ratus tahun yang lalu telah dibangun konco dipinggir "Tukad Mati" dimana sungai tersebut dahulu dapat dilayari. Perahu masuk ke pedalaman Kuta, sehingga Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang. Mads Longe seorang pedagang Denmark abad ke-19, mendirikan markas dagangnya dipinggir suangai tersebut. Selama tinggal di Bali, dia sering menjadi perantara antara raja-raja Bali dan Belanda. Mads Longe meninggal secara misterius.Kuburan Mads Longe terletak di sebelah konco di pinggir sungai tersebut. Dahulu kuta adalah sebuah desa nelayan yang sunyi, namun sekarang telah berubah menjadi kota yang lengkap dengan kantor pos, kantor polisi, pasar, apotik, photo center, dan pertokoan. Di sepanjang pantai yang berpasir putih yang berbentuk bulan sabit terhampar banyak hotel berbintang dan mewah.

Kuta letaknya 11 km sebelah selatan Denpasar dan dapat di capai dengan mudah menggunakan transportasi umum dari terminal Tegal dengan lama perjalanan kira-kira 15 menit.
Kuta adalah daerah dengan perkembangan pariwisata paling pesat di Bali, dan merupakan sorga bagi wisatawan mancanegara. Kuta memenuhi hampir segala kebutuhan wisatawan, seperti pantai pasir putih, tempat yang sangat sempurna untuk mengunjungi bar-restourant, kafetaria,disko dan lain-lain yang membuat kehidupan malam sangat mengesankan. Di sepanjang jalan banyak terdapat kios-kios yang menjual beraneka ragam barang keperluan wisatawan,seperti: pakaian,kerajinan tangan, tiket pesawat udara dan lain-lain.

Kuta sangat populer dengan kegiatan berselancarnya, disamping sunset nya yang menawan. Kuta ini umumnya menjadi tujuan utama bagi wisatawan "Low Budget" khususnya wisatawan dengan "low budget yang berasal dari Australia.

Salah satu obyek wisata baru di Kuta adalah Monumen yang di bangun terkait dengan tragedi bom Kuta 12 oktober 2002 lalu. Bom Kuta yang meletus di dekat Sari Club serta di dalam Paddy's Cafe di jalan Legian Kuta telah memakan korban 202 orang meninggal di samping banyak korban cedera berat dan ringan, dan mengakibatkan kerugian harta benda. Dampak yang nyata setelah itu adalah bom pengangguran akibat PHK karyawan hotel yang tidak mempunyai peluang bekerja di hotel serta bisnis terkait karena tidak ada wisatawan yang berani datang ke Bali pada saat-saat setelah bom Kuta meletus. Semua korban telah di abadikan namanya beserta bendera negaranya di Monumen yang sampai saat ini banyak di kunjungi oleh wisatawan.