Minggu, 31 Oktober 2010

Trunyan Tour





Desa Trunyan



Desa Trunyan merupakan sebuah desa kuno di tepi danau Batur, Kintamani kabupaten Bangli. Desa ini merupakan sebuah desa Bali Aga, Bali Mula dengan kehidupan masyarakat dan kebudayaan yang unik dan menarik. Bali Aga berarti orang Bali pegunungan, sedangkan Bali Mula berarti orang Bali asli. Kebudayaan orang Trunyan mencerminkan satu kebudayaan petani yang konservatif.

Berdasarkan folk etimologi, penduduk Trunyan mempersepsikan diri dan jati diri mereka dalam dua versi. Versi pertama : orang Trunyan adalah orang Bali turunan, karena mereka percaya bahwa leluhur mereka turun dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai satu mite atau dongeng suci mengenai asal usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit. Versi kedua: orang Trunyan hidup dalam sistim ekologi dengan adanya pohon Taru Menyan, yaitu pohon yang memancarkan bau-bauan wangi. Dari perpaduan "taru" dan "menyan" berkembang menjadi kata Trunyan yang di pakai nama desa dan nama penduduk desa tersebut.

Menurut Dananjaya yang dikutip pada tahun 1980, dia memandang ada 11 cerita prosa rakyat (satu mite dan 10 legenda), dan sebuah anggapan rakyat yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan sejarah Desa Trunyan. Salah satu legenda itu di sajikan dalam tulisan ini, yaitu legenda mengenai Pasek Terunyan yang menyelewengkan gambelan pemberian Dalem Solo.

Konon Dalem Solo mempunyai seorang putra yang sedang memerintah di Tirta Empul, Tampaksiring. Pada suatu ketika putera tersebut pergi ke Majapahit untuk meminta di buatkan seperangkat gambelan.

Desa Trunyan terletak di sebelah timur bibir danau Batur, letak ini sangat terpencil. Jalan darat dari Penelokan, Kintamani, hanya sampai di desa Kedisan. Dari Kedisan ke desa Trunyan orang harus menyeberang danau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung. Selain jalan air, Trunyan juga dapat dicapai lewat darat, lewat jalan setapak melalui desa Buahan dan Abang.

Hawa udara desa Trunyan sangat sejuk, suhunya rata-rata 17 derajat Celcius dan dapat turun sampai 12 derajat Celcius. Danau Batur dengan ukuran panjang 9 km dan lebar 5 km merupakan salah satu sumber air dan sumber kehidupan agraris masyarakat Bali selatan dan timur.
Secara spesifik, terkait dengan kepercayaan orang Trunyan mengenai penyakit dan kematian, maka cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:

1. Meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka yang disebut dengan istilah mepasah. Orang-orang yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal.

2. Dikubur / dikebumikan. Orang-orang yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. Anak-anak kecil yang gigi susunya belum tanggal juga dikubur saat meninggal.

apa komentar anda?