Minggu, 12 September 2010

ULUWATU


Pura Luhur Uluwatu

Pura Uluwatu salah satu dari Pura Sad Kahyangan di Bali, terletak di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, sekitar 25km ke arah selatan kota Denpasar. Pura tersebut terletak di atas bukit karang yang menjorok ke laut setinggi kurang lebih 80 meter dari permukaan laut. bila di lihat dari arah mata angin, maka Pura Uluwatu lokasinya termasuk arah barat daya dari Pulau Bali. Disebelah timur pura tersebut terdapat alas kekeran (hutan Larangan) milik pura yang di huni oleh banyak kera dan satwa lainnya.

Nama Uluwatu adalah nama semula dari pura itu. Kata Ulu berarti kepala atau ujung, sedangkan Watu berarti Batu. Oleh karena itu yang di maksud Pura Uluwatu adalah Pura yang di bangun pada ujung batu karang.

Di samping kanan dan kiri bangunan atau pelinggih "Gedong Ratu Bagus Jurit" dalam komplek Pura Uluwatu terdapat dua palung batu bentuknya mirip dengan perahu. Bila keduanya di satukan maka bentuknya serupa dengan sarcophagus yaitu keranda hasil budaya dari tradisi Megalitik. Disini terdapat tinggalan arkeologi dari abad ke-16 yaitu gapura atau candi bentar bersayap. Gapura bersayap merupakan tinggalan arkeologi yang sangat langka, jarang ditemukan. Gapura bersayap Pura Uluwatu (masa pembuatannya) dapat di bandingkan dengan yang terdapat di komplek mesjid di Desa Sendangduwur, Lamongan Jawa Timur, yang masa pembuatannya terkait dengan tahun candrasengkala yang ditemukan pada situs tersebut. Candrasengkala yang ditemukan pada mesjid tersebut berbunyi "Gunaning salira Tirtha hayu" yang berarti tahun 1483 saka atau 1561 Masehi.

Bila palungan batu mirip perahu yang terdapat di komplek Dalem Jurit adalah sebuah sarcophagus dan merupakan artefak in situ ( artefak yang memang berasal dari situs tersebut atau artefak yang tidak dipindahkan dari situs lain), maka Uluwatu merupakan tempat yang dikeramatkan sejak jaman kebudayaan megalitik (sekitar 500SM)

Dalam lontar Usana Bali disebutkan bahwa Mpu Kuturan banyak mendirikan Pura d Bali antara lain Pura Uluwatu. Adapun Mpu Kuturan dipandang identik dengan Senapati Kuturan yaitu tokoh sejarah yang hidup pada masa pemerintahan Raja Udayana, Marakata dan Anak Wungsu pada abad ke-11. Beliau adalah salah seorang tokoh yang duduk di dalam lembaga "pakiran-kiran i jro makabehan" (sejenis lembaga yang memberikan nasehat kepada raja). Berdasarkan isi lontar tersebut, maka pembangunan Pura Uluwatu diawali oleh Mpu Kuturan pada abad ke-11.

Pada lontar "Dwijendra Tattwa" diuraikan bahwa Dangyhang Nirartha dua kali berkunjung ke Pura Uluwatu:

a. Kunjungan pertama ketika Beliau melakukan tirta yatra yaitu perjalanan mengunjungi tempat-tempat suci. Setibanya di Pura Uluwatu hati Beliau tergetar, terdengar bisikan jiwa bahwa tempat itu baik untuk memuja Tuhan. Kelak bila tiba saatnya, Beliau memilih tempat tersebut sebagai tempat Ngaluwur 'melepas jiwatman' untuk kembali ke asal (moksa). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Beliau memutuskan untuk membangun prahyangan atau memperluas bangunan Pura Uluwatu yang sudah ada sbelumnya. Pada waktu Danghyang Nirartha memperluas bangunan Pura Uluwatu, Beliau mendirikan sebuah asrama sebagai tempat tinggalnya sementara dan kemudian bekas asrama tersebut dibangun Kahyangan oleh masyarakat setempat dinamai Pura Bukit Gong. Pembangunan Prhyangan di Pura Uluwatu dilakukan oleh DangHyang Nirartha pada awal abad ke-16 setelah Beliau diangkat menjadi Purohita (Pendeta penasehat Raja) dari Raja Dalem Waturenggong yang memerintah pada tahun 1460-1552.

b. Kunjungan kedua dilakukan ketika Danghyang Nirartha akan mencapai alam moksa. Pada hari selasa kliwon Medangsia dengan di saksikan oleh pelaut yang bernama Ki Pasek Nambangan, Beliau bagaikan kilat hanya berupa cahaya yang sangat cemerlang masuk ke angkasa 'Ngeluwur'.

Dalam lontar Padma Bhuana tersirat bahwa Pura Uluwatu yang terletak pada arah neriti atau barat daya yang berfungsi untuk memuja Dewa Rudra, salah satu Dewata Nawa Sanga. Dewa Rudra merupakan aspek dari Dewa Siwa sebagai Pemeralina atau pengembali ke asal mula.

Pada lontar Kesuma Dewa diuraikan bahwa Pura Uluwatu merupakan salah satu dari 6 pura yang disebutkan sebagai pura Sad Kahyangan dan merupakan "sana" atau dasar dari pura untuk memuja Dewata Nawa Sanga, sedangkan 3 pura lainnya merupakan pengisi atau inti dari Dewata Nawa Sanga. yaitu Pura Andakasa, Pura Gunung Batur, dan Pura Gunung Agung (Besakih).

Dalam lontar Padma Bhuana tersirat bahwa Pura Uluwatu merupakan Kahyangan Jagat yang dipuja oleh seluruh umat Hindu. Pura itu dibangun sebagai penjabaran dari huruf suci Dasaksara yaitu huruf Ma atau mang yang menempati arah barat daya untuk memuja Dewa Rudra.

KAWASAN PARIWISATA NUSA DUA

Kawasan wisata Nusa Dua merupakan salah satu kawasaan wisata pariwisata 'elit' bertaraf Internasioanal di Bali yang terletak di kabupaten Badung. Kawasan pariwisata seluas kurang lebih 350 ha ini merupakan kawasan percontohan yang menjadi kebanggaan masyarakat Bali dan Indonesia, karena kawasan ini merupakan salah satu kawasan pariwisata terbaik di dunia.

Nama Nusa Dua sesungguhnya adalah nama dua buah pulau kecil di bagian selatan pulau Bali (Nusa artinya Pulau, Dua= 2) yang di pisahkan dengan pasir putih. Dari nama inilah kawasan pariwisata Nusa Dua diambil.

Kawasan ini mulai di bangun pada tahun 1974, sebagai hasil dari studi konsultan Prancis, SCETO (Sociele Centrale pour l'equpeent Touristique Outre-Mer) pada tahun 1970 serta studi kelayakan yang dilaksanakan oleh PCI (Pacific Consultants International) tahun 1971-1973 atas pendanaan bantuan World Bank, pemerintah menyerahkan pengelolaan kawasan ini kepada PT (Persero) Pengembangan Pariwisata Bali atau BTDC (Bali Tourism Development Corporation) yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomer 27 tahun 1972.

Kawasan ini memiliki fasilitas kepariwisataan yang paling lengkap di Bali termasuk di Indonesia, seperti: akomodasi hotel bintang 5 sebanyak 11 buah dengan 3.875 kamar, disamping juga ada restaurant, fasilitas olah raga termasuk lapangan Golf, Shopping Center dan lain-lainnya. Kawasan ini juga memiliki pantai yang indah dan baik digunakan berekreasi dan berolah raga.

Pada tahun 1981, Garuda Indonesia Airways sebagai investor pertama di Nusa Dua, membangun Nusa Dua Beach. Investor berikutnya pada tahun 1983 membangun Club Mediterrance Hotel, Bali Sol/Melia Bali dan Hotel Putri Bali. Selanjutnya pada tahun 1987 dibangun Sheraton Nusa Indah (sekarang Westin), Sheraton Laguna, Galeria Nusa Dua (sekarang Bali Collection), Grand Hyatt, Bali Hilton (sekarang Ayodya), dan Lapangan Golf. Dengan fasilitas yang dimilikinya, Kawasan Pariwisata Nusa Dua telah berhasil menggaet 22-24 persen dari wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali.

Kawasan pariwisata Nusa Dua telah bekerja keras meningkatkan penanganan lingkungannya, diantaranya dengan konservasi burung untuk bird watching di Nusa Dua Lagoon, pengolahan limbah cair dengan sistem aerasi dalam lagoon yang dibangun tahun 1976 dengan kapasitas 10.000 m3/hari, dan lain-lain. Kawasan pariwisata Nusa Dua pada bulan september 2003 telah lolos "benchmarking" sertifikasi pariwisata dunia Green Globe 21. Sebelumnya, dalam hal lingkungan, kawasan pariwisata Nusa Dua telah berhasil mendapatkan penghargaan PATA Green Leaf serta Kalpataru. Disamping itu, direktur kawasan ini sedang mendorong seluruh usaha dalam kawasan untuk mencapai sertikat tertinggi dalam Tri Hita Karana Awards and Accreditations, seperti yang sudah pernah dicapai oleh Melia Bali Resort and Spa pada tahun 2001 dan 2002. Banyak hotel lainnya juga telah terakreditasi dalam program ini.

Jarak kawasan Nusa Dua dari kota Denpasar 30 km melalui jalan kawasan Kuta ke selatan, jarak dari airport 12 km. sarana jalan dan transportasi ke kawasan ini cukup lancar.

KAWASAN KUTA

Tiga ratus tahun yang lalu telah dibangun konco dipinggir "Tukad Mati" dimana sungai tersebut dahulu dapat dilayari. Perahu masuk ke pedalaman Kuta, sehingga Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang. Mads Longe seorang pedagang Denmark abad ke-19, mendirikan markas dagangnya dipinggir suangai tersebut. Selama tinggal di Bali, dia sering menjadi perantara antara raja-raja Bali dan Belanda. Mads Longe meninggal secara misterius.Kuburan Mads Longe terletak di sebelah konco di pinggir sungai tersebut. Dahulu kuta adalah sebuah desa nelayan yang sunyi, namun sekarang telah berubah menjadi kota yang lengkap dengan kantor pos, kantor polisi, pasar, apotik, photo center, dan pertokoan. Di sepanjang pantai yang berpasir putih yang berbentuk bulan sabit terhampar banyak hotel berbintang dan mewah.

Kuta letaknya 11 km sebelah selatan Denpasar dan dapat di capai dengan mudah menggunakan transportasi umum dari terminal Tegal dengan lama perjalanan kira-kira 15 menit.
Kuta adalah daerah dengan perkembangan pariwisata paling pesat di Bali, dan merupakan sorga bagi wisatawan mancanegara. Kuta memenuhi hampir segala kebutuhan wisatawan, seperti pantai pasir putih, tempat yang sangat sempurna untuk mengunjungi bar-restourant, kafetaria,disko dan lain-lain yang membuat kehidupan malam sangat mengesankan. Di sepanjang jalan banyak terdapat kios-kios yang menjual beraneka ragam barang keperluan wisatawan,seperti: pakaian,kerajinan tangan, tiket pesawat udara dan lain-lain.

Kuta sangat populer dengan kegiatan berselancarnya, disamping sunset nya yang menawan. Kuta ini umumnya menjadi tujuan utama bagi wisatawan "Low Budget" khususnya wisatawan dengan "low budget yang berasal dari Australia.

Salah satu obyek wisata baru di Kuta adalah Monumen yang di bangun terkait dengan tragedi bom Kuta 12 oktober 2002 lalu. Bom Kuta yang meletus di dekat Sari Club serta di dalam Paddy's Cafe di jalan Legian Kuta telah memakan korban 202 orang meninggal di samping banyak korban cedera berat dan ringan, dan mengakibatkan kerugian harta benda. Dampak yang nyata setelah itu adalah bom pengangguran akibat PHK karyawan hotel yang tidak mempunyai peluang bekerja di hotel serta bisnis terkait karena tidak ada wisatawan yang berani datang ke Bali pada saat-saat setelah bom Kuta meletus. Semua korban telah di abadikan namanya beserta bendera negaranya di Monumen yang sampai saat ini banyak di kunjungi oleh wisatawan.